Kepala Otoritas Jasa Keuangan/OJK Jatim, Yunita Linda Sari (kanan) saat menerima plakat dari Kepala Kantor Perwakilan LPS II, Bambang S. Hidayat (Tengah). (foto/ist)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Kinerja intermediasi perbankan di Jawa Timur/Jatim terus menunjukkan tren positif. Hingga September 2025, dana pihak ketiga tumbuh sebesar 4,81 persen (yoy). Sementara, kredit meningkat 3,58 persen (yoy). Kondisi fundamental perbankan tetap terjaga. Tercermin dari rasio kecukupan modal yang tinggi, likuiditas yang memadai, dan kualitas aset yang stabil.

Penegasan itu dikemukakan Kepala Otoritas Jasa Keuangan/OJK Jatim, Yunita Linda Sari, ketika berbicara pada acara Temu Media 2025 yang digelar Lembaga Penjamin Simpanan/LPS II, Bank Indonesia/BI Perwakilan Jatim, OJK Jatim, Kementerian Keuangan Jatim di Restauran Mahameru Surabaya Selasa (18/11).

Penyaluran kredit terbesar masih didominasi sektor rumah tangga, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan yang menjadi penggerak utama ekonomi di Jatim. Yunita menambahkan, bahwa pemerataan pembiayaan juga menjadi perhatian utama.

Beberapa wilayah dengan kontribusi PDRB rendah menunjukkan perbaikan dalam akses pembiayaan, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Sektor UMKM tetap menjadi prioritas dengan porsi penyaluran kredit mencapai 37,75 persen.

Walaupun penyaluran KUR mengalami perlambatan, kualitas kredit tetap terkendali. Implementasi POJK 19/2025 tentang kemudahan akses pembiayaan bagi UMKM menjadi instrumen penting untuk memperluas akses pembiayaan yang mudah, cepat, dan terjangkau.

Pada sektor pasar modal, aktivitas masyarakat di Jawa Timur menunjukkan peningkatan signifikan. Hingga akhir September 2025, investor Jawa Timur mencatat net buy sebesar Rp 7,75 triliun. Pendanaan melalui Securities Crowdfunding tumbuh 63,56 persen (yoy).

Sementara jumlah investor meningkat 22 persen. Ia menyampaikan, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pasar modal merupakan sinyal positif bagi pendalaman pasar keuangan daerah.

Kinerja subsektor asuransi, dana pensiun, pembiayaan, dan lembaga keuangan khusus juga tetap stabil. Rasio solvabilitas perusahaan asuransi berada jauh di atas batas ketentuan, aset dana pensiun terus meningkat, dan pembiayaan pergadaian tumbuh pesat mencapai lebih dari 55 persen (yoy).

Di samping itu, layanan pendanaan berbasis teknologi (LPBBTI) tumbuh 16,41 persen (yoy), mencerminkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap opsi pendanaan digital yang cepat dan mudah.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan/OJK Jatim, Yunita Linda Sari (tengah) saat berbicara pada acara Temu Media 2025 yang digelar Lembaga Penjamin Simpanan/LPS II, Bank Indonesia/BI Perwakilan Jatim, OJK Jatim, Kementerian Keuangan Jatim di Restauran Mahameru Surabaya Selasa (18/11). (foto/ist)

Dia menekankan, peningkatan inklusi keuangan menjadi agenda strategis OJK Jatim. Sejak 2024 hingga Oktober 2025, OJK telah melaksanakan 3.192 kegiatan edukasi dengan lebih dari 803.000 peserta. Program-program seperti LAKU PANDAI, SIMPEL/KEJAR, serta Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (KPMR) terus diperluas.

Kegiatan ‘Pojok Keuangan Rakyat’ di Jatim Fest 2025 bahkan berhasil menarik lebih dari 45.000 pengunjung dan mencatat transaksi sebesar Rp 2 0,1 miliar. Dalam aspek perlindungan konsumen, layanan publik OJK terus meningkat.

Sejak Januari hingga September 2025, OJK menerima 169 pengaduan melalui APPK, memberikan 6.661 layanan walk-in, dan memfasilitasi 39.867 layanan SLIK. Yunita menegaskan bahwa pengawasan terhadap market conduct, penanganan keuangan ilegal, serta penguatan literasi keuangan menjadi fokus untuk menjaga kepercayaan masyarakat.

Ia menyoroti kolaborasi OJK dalam Indonesia Anti Scam Center (IASC) yang berhasil memblokir lebih dari 93.819 rekening terkait kejahatan keuangan dan membekukan dana sebesar Rp 376,5 miliar.

Yunita, menyampaikan, penguatan sektor riil melalui Program Pengembangan Ekonomi Daerah (PED) juga terus dilakukan. Pada 2025, fokus diberikan pada pengembangan komoditas Pisang Mas Kirana di Kabupaten Lumajang dan komoditas melon di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Lamongan dengan pendekatan closed-loop ecosystem.

Hingga September 2025, program ini telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 3,04 miliar. (bw)