Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Dibukanya destinasi wisata di Banyuwangi disambut gembira para pemilik warung kunliner. Mereka kembali sumringah, setelah cukup lama tutup. Pariwisata yang bergeliat diharapkan ikut menghidupkan kembali wisata kuliner.
Meski buka, pengelola kuliner tetap diminta siaga. Tidak lengah dengan protokol kesehatan (prokes). Seperti dilakukan Pinisri , pengelola warung rujak soto di Desa Sragi, Kecamatan Songgon. Wanita ini mewajibkan setiap pengunjung melakukan cek suhu sebelum masuk.
Jika suhu tubuh diatas 37 derajat celcius, langsung diarahkan kembali. Langkah ini mengantisipasi kemungkinan penularan Covid kepada pengunjung lain. Cek suhu dilakukan di pintu masuk warung. Ada petugas khusus yang berjaga. Menggunakan thermogun, setiap pengunjung dicek suhu.
“Kita awali dengan cek suhu pengunjung ketika akan masuk. Jika panasnya diatas normal, kita arahkan kembali,” kata Pinisri, Jumat (17/9) siang. Tak sekadar memburu rupiah dari banyaknya pengunjung. Wanita 54 tahun ini lebih mengutamakan kesehatan bersama.
Sejak pariwisata Banyuwangi dibuka lagi, warung rujak soto miliknya banyak diserbu pembeli. Maklum, sebelum pandemi, rujak soto buatan Pinisri menjadi ikon Banyuwangi. Banyak wisatawan penasaran. Selain rasa, bahan yang digunakan juga unik.
Yaitu, bumbu kuah soto yang terbuat dari daun aloe vera. Tanaman yang biasa digunakan untuk bahan kecantikan, disulap menjadi makanan. Rasanya gurih, membuat ketagihan. Rujak soto adalah kuliner khas Banyuwangi. Makanan ini campuran rujak dan kuah soto daging.
Rasanya bisa dibayangkan. Gurih, pedas dan segarnya kuah soto bercampur jadi satu. “Sejak dibuka kembali, pengunjung lumayan banyak. Tapi, kami batasi,” jelas Pinisri. Cara membatasi pengunjung dengan mengurangi porsi masakan. Dan, tempat duduk.
Dalam kondisi normal, warung rujak soto ini bisa menampung hingga 50 orang. Karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), jumlah pengunjung dibatasi maksimal 15 orang.
Jika sudah penuh, pengunjung harus rela menunggu di luar. Selain cek suhu, pengunjung juga wajib bermaskes. Pinisri menyediakan masker di pintu masuk. Sehingga, pengunjung yang tak bermasker langsung diberikan masker gratis.
“Setelah cek suhu, pengunjung wajib cuci tangan. Semua diarahkan petugas,” jelas wanita yang kerap diundang menjadi pelatih kuliner ini. Pinisri berharap dengan prokes yang ketat, kemungkinan penularan Covid bisa dihindari. Pihaknya juga khawatir jika pengunjung tak mengikuti prokes selama di warung.
Sebab, bisa saja, karyawannya terpapar dari pengunjung. Karena itu, seluruh karyawan diwajibkan tak mencopot masker. Dan, rajin mencuci tangan usai melayani pengunjung. “Kalau kami para pelaku usaha kuliner, harapannya pandemi segera berakhir. Pariwisata kembali normal, sudah lama kami tutup,” pungkasnya.
Prokes yang ketat ternyata tidak menyurutkan para penikmat rujak soto. Mujiati salah satunya. Wisatawan asal Jember ini justru merasa nyaman jika ada warung dengan prokes yang ketat. “ Kalau prokesnya ketat, kami juga merasa aman.
Sebab, pengunjung sudah cek suhu dan selalu bermasker,” ujarnya. Wanita ini sengaja datang ke Banyuwangi karena sudah lama rindu kuliner rujak soto. (budi wiriyanto)