Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Desa Adat Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar ritual seblang, Jumat (6/5). Tradisi kuno ini diyakini bisa mengusir wabah atau pagebluk. Selama dua tahun akibat pandemi, ritual seblang sempat dihentikan.
“Ini tradisi turun temurun, umurnya sudah sekitar dua abad,” kata Kepala Desa Olehsari, Joko Mukhlis disela ritual. Ritual seblang adalah tarian yang dibawakan seorang penari perempuan. Uniknya, selama ritual, penari dalam kondisi tak sadar.
Penari juga tak sembarangan. Dia harus memiliki garis keturunan langsung dari penari seblang pendahulunya dan dipilih secara ritual. “Sampai sekarang sudah generasi ke-7 dan penarinya yang ke-28. Penari dipilih setelah melalui prosesi ritual,” tegas Joko.
Sebelum menari, ritual diawali dengan selamatan desa. Penari kemudian diarak di tengah perkampungan. Menggunakan omprok, mahkota berbahan hiasan daun pisang muda dan bunga. Penari meliuk mengelilingi arena.
Alunan gamelan dan lirik gending khas Osing mengiringinya. “Lirik Osing ini mengisahkan perjuangan. Seblang ini memang sudah ada sebelum era perjuangan,” jelasnya. Ritual seblang diakhiri dengan pembagian bunga durno.
Yaitu, bunga kenanga dan cempaka yang dirangkai dengan lidi bambu. Bunga ini diyakini bisa memberikan keberuntungan. Bahkan, dipercaya bisa mendatangkan jodoh. Ritual seblang digelar selama tujuh hari.
Akhir ritual diisi dengan rutual ider bumi keempat penjuru desa. “Ketika pandemi, kami tetap menggelar seblang. Namun, tariannya ditiadakan, hanya selamatan biasa,” tutup Joko. (udi)











