Surabaya, (pawartajatim.com) – Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur/Jatim menyebut setiap tahun pemakaian narkoba, jenis ganja di kalangan remaja meningkat. Berdasarkan survei pada 2021, usia produktif 15-25 tahun memiliki tingkat pemakaian narkoba yang tinggi.

Penegasan itu dikemukakan, Analis Penyuluhan dan Layanan Informasi BNNP Jatim, Sri Artanti Maryani, saat mengisi materi dalam Pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang digelar di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Senin (4/9).

Menurut Artanti, rata-rata, pemakaian narkoba di tahun 2021 dan 2022 meningkat di kalangan remaja, terutama jenis ganja. Faktor penyebabnya karena kalangan remaja tidak memiliki ketahanan diri yang cukup kuat.

Sehingga, sering tidak mampu menolak ajakan dari teman dan tidak memiliki sikap yang tegas terhadap narkoba. “Mereka kebanyakan mengetahui dampak negatif narkoba, namun seringkali tidak dapat menghindarinya.

Selain itu, mereka juga sering kesulitan mengelola stres dan tekanan,” ujar Artanti. Perempuan yang juga sebagai Penyuluh Narkoba Ahli Pertama ini, menjelaskan keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk ketahanan diri remaja dan mencegah penyalahgunaan narkoba.

Meski remaja banyak berinteraksi di sekolah maupun kampus, keluarga harus menjadi landasan utama yang solid. Dengan keluarga yang harmonis dan mendukung, akan lebih mampu menolak godaan narkoba.

Upaya preventif sangat ditekankan, seperti sosialisasi di perguruan tinggi, serta pembentukan ketahanan diri remaja dan keluarga. Lingkungan juga memiliki pengaruh besar, ketika remaja berada di lingkungan positif, mereka cenderung melakukan hal-hal positif.

‘’Tetapi saat bergaul dengan orang-orang yang terlibat dalam narkoba, mereka cenderung mencoba-coba karena dipengaruhi oleh teman-teman mereka,” ungkapnya. Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie, mengatakan, lingkungan kampus menjadi salah satu tempat yang rawan penyalahgunaan narkoba.

Namun, pihaknya mengimbau kepada para mahasiswa harus bersih dari narkoba karena narkoba dapat merusak masa depan. Menurut Prof Jazidie, untuk melawan godaan yang mengarah ke narkoba, mahasiswa dapat menghadiri kuliah umum, berpartisipasi dalam diskusi, dan terlibat dalam unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM), di Unusa ada UKM Relawan Anti Narkoba (RAN).

“Kegiatan ini bisa melibatkan para pakar, dan bisa streaming (umum) yang dihadiri oleh banyak orang. Hal ini dinilai penting dari proses belajar di berbagai disiplin ilmu di Unusa,” jelas Prof Jazidie.

Mahasiswa sebagai generasi yang diharapkan mampu memimpin bangsa ini di masa depan, diminta harus menjadi orang baik yang tidak boleh berhenti berinvestasi dalam perbuatan baik setiap saat.

Mahasiswa dihadapkan pada tantangan luar biasa berat, termasuk kemandirian di bidang energi, teknologi, dan perekonomian yang bersih dari unsur-unsur merugikan. Orang baik harus berani menolak praktik-praktik yang akan merugikan bangsa di masa depan.

‘’Untuk menjadi bangsa besar dan bermartabat di tengah pergaulan masyarakat internasional, mereka harus berani berkata tidak dan melatih diri dengan penuh percaya diri. Belajar saja tidak cukup, mereka juga perlu memiliki social capital dan hard skills serta berkompetensi di era revolusi industri,” pungkasnya. (red)