Surabaya, (pawartajatim.com) – PT Suparma Tbk memutuskan untuk tidak membagikan dividen tunai kepada pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2025 yang di gelar di Surabaya (10/6). Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendanai sejumlah investasi strategis di tengah tantangan ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar.
“Kami memutuskan untuk tidak membagikan dividen tahun ini agar bisa fokus memperkuat struktur permodalan dan mengalokasikan dana untuk proyek-proyek investasi penting, seperti mesin kertas baru dan sistem energi yang lebih efisien serta ramah lingkungan,” ujar Hendro Luhur, Direktur PT Suparma Tbk.
Setelah mengalokasikan dana cadangan wajib sebesar Rp 20 miliar, seluruh sisa laba bersih tahun 2024 digunakan untuk penguatan modal dan belanja modal perusahaan. Meskipun laba tahun berjalan menurun, Suparma berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 2,7 persen menjadi Rp 2,73 triliun.
Pertumbuhan ini didorong oleh naiknya volume penjualan sebesar 4,1 persen menjadi 229.400 ton, terutama dari produk kertas kraft dan tisu. Namun demikian, lonjakan harga bahan baku pulp sebesar 11 persen menyebabkan beban pokok penjualan meningkat 5,9 persen, sehingga laba kotor turun 12,3 persen menjadi Rp 412,8 miliar.
Margin laba kotor pun turun dari 17,7 persen menjadi 15,1 persen. Hendro Luhur menambahkan bahwa Suparma juga mencatat rugi selisih kurs sebesar Rp 29,5 miliar akibat pelemahan nilai tukar Rupiah.
Hal ini menyebabkan laba sebelum pajak turun 43,5 persen menjadi Rp 134,4 miliar dan laba bersih turun 41,3 persen menjadi Rp 104,8 miliar. Untuk periode empat bulan pertama 2025, Suparma kata Hendro telah mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 837,8 miliar atau 27,9 persen dari target tahunan sebesar Rp 3 triliun.
“Volume penjualan mencapai 69.595 ton, setara dengan 26,9 persen dari target tahunan, sementara volume produksi mencapai 72.475 ton atau 32,1 persen dari target,” tambahnya.
Sebagai bagian dari upaya transformasi operasional dan efisiensi energi, Suparma mengalokasikan belanja modal besar pada dua proyek utama. Pertama, proyek pembangunan steam boiler ramah lingkungan dengan anggaran setara USD 10 juta.
Hingga akhir 2024, realisasi anggaran mencapai Rp 129,5 miliar, seluruhnya dibiayai dari kas internal. Steam boiler ini mulai beroperasi komersial pada Januari 2025 dan mampu menekan penggunaan batu bara sebesar ±58 persen, dengan memanfaatkan sludge, limbah plastik, dan limbah kayu sebagai sumber energi panas alternatif.
Kedua, investasi pengadaan Paper Machine No. 11 (PM 11) senilai USD 21,4 juta yang akan menambah kapasitas produksi sebesar 27.000 ton per tahun. Kontrak pembelian mesin utama telah ditandatangani pada Februari 2025 dengan pemasok asal Finlandia senilai EUR 6,35 juta.
“PM 11 merupakan bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang kami. Investasi ini akan meningkatkan daya saing dan fleksibilitas produksi Suparma di pasar kertas domestik maupun ekspor,” jelas Hendro Luhur.
Proyek PM 11 akan dibiayai dari kombinasi dana internal perusahaan sebesar USD 5 juta dan fasilitas kredit investasi dari bank rekanan sebesar USD 16,4 juta. (ony)