Surabaya, (pawartajatim.com) – Operasi pasar untuk komoditas telur dan daging ayam broiler dihentikan. Hal itu untuk menanggapi, Komunitas Perternak Unggas Nasional Mandiri UMKM yang memprotes harga daging ayam dan telur yang dijual dibawah pasaran.

Dengan kata lain, harga yang dijual tidak sesuai dengan harga di pasaran. Sehingga membuat peternak merasa dirugikan. “Setelah bertemu dengan perwakilan Komunitas Perternak Unggas Nasional Mandiri UMKM, maka disepakati untuk sementara operasi pasar dihentikan untuk komoditas telur dan daging ayam broiler,” kata Sekdaprov Jatim Adhy Karyono, usai menerima Komunitas Perternak Unggas Nasional Mandiri UMKM di Surabaya, Selasa (4/10).

Menurut dia, kebijakan menghentikan operasi pasar pada dua komoditas tersebut, lanjut Adhy, selaras dengan tuntutan peternak untuk menghentikan operasi pasar pada komoditas telur dan daging ayam broiler dengan harga di luar harga acuan Permendag No 7 Tahun 2020 dan mengacu pada harga acuan Bapanas 2022.

“Tadi sudah disepakati bersama perwakilan komunitas unggas. Selanjutnya akan kita analisa kemudian kita laporkan hasil ini kepada ibu Gubernur,” tuturnya. Ia menambahkan, keputusan lain yang disepakati bersama komunitas peternak antara lain, kebijakan membuat surat edaran kepada breeding farm untuk tidak menjual atau mengedarkan telur breeding disertai sanksi.

Ketiga, Pemprov Jatim akan membuat kebijakan dalam hal mendorong keberpihakan pada peternak rakyat. “Selain itu, akan dilakukan audiensi perwakilan asosiasi dan koperasi peternak dengan Gubernur. Nanti waktu dan tempat pelaksanaan menyesuaikan,” urainya.

Kedepan, Adhy menegaskan bahwa hasil pertemuan dengan komunitas peternak unggas nasional akan dipelajari dan dianalisa bersama OPD terkait. Setelah itu, akan dilaporkan ke Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

“Kami catat aspirasi dari panjenengan semua. Segera kita laporkan ke Ibu Gubernur,” imbuhnya. Sementara itu, Ketua Komunitas Perternak Unggas Nasional Mandiri UMKM Alvino Antonio, mengatakan akar masalah disebabkan over supply kuota grand parent stock oleh Kementerian Pertanian atau Ditjen PKH baik layer maupun broiler.

Kemudian, integrator budidaya final stok tidak konsisten menjual ayam hidup dan telur sesuai ketentuan harga acuan Permendag. Hal ini, kata Alvino, membuat peternak mandiri yang terkelompok UMKM mengalami kerugian hingga triliun rupiah akibat over supply dan integrator menjual ayam hidup dan telur dibawah harga pokok prodiksi peternak mandiri UMKM.

“Ditambah beredarnya telur breeding ke pasar komersil,” jelasnya. Setelah menyampaikan aspirasinya dan mendapatkan titik terang mengenai kebijakan yang diambil oleh Komunitas Peternak bersama Pemprov Jatim.

Dirinya mengaku lega. Setidaknya, aspirasi yang disampaikan sedikit meringankan beban peternak ayam dan telur. “Sudah ditemui Pak Sekda Prov Jatim dan sudah disepakati bersama, bahwa operasi pasar untuk komoditas telur dan daging ayam broiler dihentikan sementara,” ujarnya.

Selain menutup operasi pasar secara sementara pada dua komoditas tersebut, Alvino mewakili komunitas peternak menambahkan tuntutan lain, yakni mendesak Gubernur untuk berkirim surat teguran kepada breeding farm agar tidak menjual telur breedingnya ke pasar komersial, membuat Pergub tentang perlindungan peternak mandiri UMKM melalui koperasi dan kelompok peternak.

“Selain itu, meminta kepada pemerintah pusat untuk membatasi perkembangan populasi perusahaan terintegrasi baik layer maupun broiler dan tidak boleh menjual hasil budidaya final stok perusahaan terintegrasi di pasar rakyat,” tegasnya. (dra)