Surabaya, (pawartajatim.com) – Seribu bidan se-Surabaya Raya mengikuti program edukasi dan intervensi stunting di Dyandra Convention Center Surabaya. Sebagai gardan terdepan, bidan mendapat perhatian khusus dari BKKBN.

Bekerjasama dengan PT Dexa Medica, BKKBN menyelenggarakan program edukasi terhadap 1.000 Bidan dan intervensi stunting di Kota Surabaya. Kepala BKKBN RI, DR. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan, pada 2021 angka stunting di Jawa Timur/Jatim sebesar 23.5 persen dan turun 4.3 persen menjadi 19.2 persen.

“Provinsi dengan jumlah penduduk yang besar tapi angka stunting dibawah 20 persen merupakan prestasi yang luar biasa,” kata Hasto Wardoyo pada acara Program Edukasi terhadap 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting di Kota Surabaya yang digelar di Dyandra Convention Center Surabaya, Sabtu (11/2).

Hasto menambahkan di Jatim yang hamil jumlahnya masih lebih dari 500.000 dalam satu tahun, angka ini masih dibawah Provinsi Jawa Barat yang masih di angka 850.000 lebih. Berbicara tentang stunting artinya berbicara dengan alat reproduksi dan berbicara tentang persiapan kesehatan perempuan sebelum hamil.

Disinilah pentingnya peran Bidan dalam penurunan stunting. Karena peran Bidan dalam mendampingi dan memberikan penyuluhan pada ibu hamil, tingkat stunting di Jawa Timur saat ini  bisa turun dibawah 20 persen.

“Ada yang bilang Bidan bukan segalanya, tapi tanpa  Bidan  BKKBN bukan apa-apa. Jatim mengalami penurunan yang sangat signifikan, yaitu turun 4,3 persen menjadi 19,2 persen pada 2022. Angka ini dibawah 20 persen dari sebelumnya.

WHO mengamanahkan bahwa masimal angka stunting adalah  20 persen. Sebagai provinsi yang angka stuntingnya besar, tapi bisa turun di bawah 20 persen, saya rasa ini perkembangan besar,” pujinya. Di tempat yang sama, Gubernur Khofifah, menjelaskan, tugas besar yang harus kita tuntaskan.

Ini tugas diantara kita semua. Harus terbangun sinergi yang sangat bagus antar berbagai pihak. Bidan berada di posisi yang tepat untuk mengemban peran ini. Yang menjadi penting menurut orang nomor satu di Jatim ini, para Bidan dapat memberi penyuluhan terkait pola asuh yang benar bagi para ibu.

Apabila para ibu mengonsumsi nutrisi yang cukup dengan pola hidup sehat, serta anak diasuh dengan penuh kasih sayang serta gizi tercukupi, maka risiko stunting dapat dihindari atau bahkan dihilangkan. Bidan ini peranannya sangat signifikan dalam penurunan angka stunting pada anak.

‘’Bidan adalah garda terdepan, ujung tombak tenaga kesehatan. Merekalah yang selalu mendampingi para ibu, baik semenjak awal kehamilan sampai sang anak mencapai usia lima tahun,” katanya. Khofifah melanjutkan, prevalensi stunting di Jatim butuh percepatan untuk mencapai target 14 persen di 2024. Diketahui, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, saat ini tingkat stunting Jatim berada di angka 19,2 persen.

Apalagi, dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, sasaran prioritas upaya percepatan pencegahan stunting menyasar kelompok prioritas yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan, atau disebut rumah tangga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Kelompok ini secara rutin bertemu dengan para Bidan untuk memantau kesehatan sang anak. Karenanya, Gubernur perempuan pertama Jatim itu menekankan efektifnya intervensi para bidan dalam menurunkan angka stunting, hingga mencapai target Presiden Republik Indonesia yaitu 14 persen pada tahun 2024.

“Di tiap kegiatan kami, Pemprov. Jatim seringkali  mengundang ibu hamil dan anak-anak untuk menerima penyuluhan dan bantuan gizi. Kami juga selalu menekankan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Angka 14 persen ini bukan sekedar target, tapi menentukan masa depan bangsa,” ungkapnya.

Diakhir, Gubernur Khofifah pun menyampaikan apresiasinya kepada para Bidan yang selama ini telah turun tangan dalam upaya penurunan stunting. Tak hanya membuka program ini, Gubernur Khofifah pun menyerahkan penghargaan untuk Dinas Kesehatan dan Ikatan Bidan Kab/Kota Terbaik dalam Upaya Penurunan Stunting oleh Gubernur Jawa Timur, didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Maria Ernawati.

Tanda apresiasi tersebut diterima oleh Dinas Kesehatan Kab. Blitar, Dinas Kesehatan Kab. Situbondo, dan Dinas Kesehatan Kab. Sidoarjo. Diikuti dengan penerima apresiasi kategori Bidan Kab/Kota Terbaik di Provinsi Jatim dalam Kontribusinya Mencegah Stunting, yaitu Ruwani asal Kab. Gresikk, Eny Widiyasari asal Surabaya, dan Vinsentia Ismijati asal Surabaya.

“Stunting harus dipangkas untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Keikhlasan panjenengan untuk menciptakan generasi yang sehat bebas stunting akan menjadi amal jariyah panjenengan semua,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Direktur Dexa Medika V, Hery Sutanto pun mengatakan bahwa sinergi antara banyak pihak, terutama pemerintah dan swasta, akan sangat berpengaruh bagi tingkat edukasi serta literasi seputar stunting. Pihaknya optimis bahwa bersama Pemprov.

Jatim dan BKKBN, Dexa Medika akan dapat berkontribusi dalam kesehatan ibu hamil dan generasi mendatang. Dukungan dan peran swasta juga diperlukan dalam upaya ini melalui pendekatan Pentahelix.

‘’Kita akan terus melanjutkan upaya-upaya penurunan stunting ini sesuai dengan arahan Kepala BKKBN RI dan Ibu Gubernur,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Maria Ernawati. (bw)