Surabaya, (pawartajatim.com) – Sebanyak 10 mahasiswa Australia belajar bahasa dan gamelan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Kegiatan ini merupakan kolaborasi dalam program Western Australia and East Java Universities Consortium (WAEJUC) 2023.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni Unesa, Prof Madlazim, mengatakan para mahasiwa Western Australia tersebut menjalani program short course selama sepekan. Mereka akan berkeliling di 10 kampus yang berada di Jawa Timur/Jatim, termasuk di Unesa.
“Program WAEJUC 2023 beranggotakan lima universitas di Australia, di antaranya Curtin University, Murdoch University dan Edith Cowan University. Sementara, kampus Jatim yang terlibat selain Unesa yaitu ITS, UM Malang, Uinsa, Unair, Unej, UB, UPN Veteran, UTM dan UIN Maliki Malang,” terang Madlazim, Rabu (28/6).
Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Unesa, Asrori, menjelaskan di Unesa mahasiswa asing itu belajar tentang bahasa dan budaya Indonesia. “Kami di Unesa memberikan materi dasar bahasa dan budaya Indonesia dan kampus lainnya juga memiliki tema yang berbeda sesuai ciri khas daerah dan kampusnya,” katanya.
Setelah pembukaan, lanjut Asrori, mahasiswa tersebut langsung belajar seputar bahasa Indonesia oleh tim BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Selanjutnya, mereka langsung menjejaki seni dan budaya Indonesia di Joglo Fakultas Bahasa Seni (FBS).

Di sana, mereka dikenalkan berbagai jenis tarian dan alat musik tradisional berupa gamelan. Mereka tidak hanya melihat, namun juga langsung memperagakan tarian dan mempelajari langsung bagaimana memainkan gamelan yang dibimbing tim FBS.
“Kami juga mengenalkan kuliner dan wisata di Jatim kepada mereka. Akhir program nanti, mahasiswa peserta program ini harus buat paper dan presentasi apa yang mereka pelajari dan dapatkan selama di sini. Kegiatan ini berbobot lima kredit atau sks oleh kampus asalnya,” ungkap Asrori.
Program WAEJUC ini bagian dari implementasi MBKM yang memberikan sejumlah manfaat bagi mahasiswa. Selain itu, WAEJUC juga memfasilitasi mahasiswa asing untuk belajar dan mengenal bahasa dan budaya Indonesia, sekaligus memberikan kesempatan mahasiswa Unesa untuk mengembangkan diri.
Asrori berharap, kegiatan ini dan riset kolaborasi bisa semakin melibatkan banyak pihak, dosen dan mahasiswa. “Tahun depan kita punya target untuk mengirim mahasiswa ke kampus-kampus Australia dalam program yang sama,” katanya.
Salah satu mahasiswa dari Edith Cowan University, Usamah atau Sam, mengaku antusias mengikuti program tersebut. Sejak awal dia memiliki tujuan untuk belajar budaya Indonesia dan bisa sharing pengalaman dengan teman-teman negara asalnya sepulang nanti.
“Ini salah satu hal yang paling ingin saya pelajari setelah berada di Indonesia, yaitu belajar BIPA di Unesa. Mungkin suatu saat bisa kembali. Kesan saya luar biasa. Budayanya banyak, unik dan penuh makna,” ucapnya.
Kesan pertama mahasiswa asal Australia menginjakan kaki di Surabaya yaitu merasa sangat ada perbedaan lingkungan di kota yang sangat padat. Namun, dia justru tertarik dengan perbedaan budaya dan mengungkap bahwa dia tertarik dengan gaya hidup masyarakat Indonesia. (red)











