Surabaya, (pawartajatim.com) – Peringatan 160 tahun Ursulin Surabaya menjadi momen penting dan bersejarah di Surabaya. Salah satunya, dengan menampilkan dokumentasi sejarah dalam bingkai foto dari tahun 1863 hingga 2023 yang baru pertama kali dipamerkan pada masyarakat umum.
Pameran foto bertema “Berakar di Masa Lampau, Hidup di Masa Kini, Menggapai Masa Depan” ini menampilkan puluhan dokumentasi foto sejarah suster Ursulin di dunia pendidikan. Masyarakat umum bisa melihat langsung sekaligus mengetahui perjalanan panjang suster Ursulin dalam bingkai foto yang digelar pertama kali sejak 160 tahun lalu.
Pemimpin Komunitas Biarawati Ursulin Surabaya, Suster Cecile Marijanti OSU, mengatakan kegiatan ini digelar sebagai bentuk syukur atas perjalanan panjang kehadiran para suster Ursulin yang telah berkarya dalam dunia pendidikan sejak 14 Oktober 1863.
“Tujuan digelarnya pameran ini yaitu kami mengucap syukur kepada Tuhan atas segala kebaikanNya kepada kami selama 160 tahun. Untuk itu, kami ingin mengenang kembali kehadiran para suster Ursulin pertama di Surabaya tepatnya sejak 14 Oktober 1863,” kata Suster Cecile, usai membuka pameran foto 160 tahun Ursulin Surabaya di Kampus Santa Maria Surabaya, Minggu (8/10).
Suster Cecile menjelaskan, cerita foto dimulai dari perjalanan Suster Louise Demarteau, sebagai pemimpin Biara Ursulin Pertama di Kepanjen, Malang. Kemudian, singgah ke Surabaya bersama lima suster lainnya untuk melanjutkan misinya dalam dunia pendidikan.
“Selanjutnya, sekolah pertama Lagere School atau SD Santa Angela dibuka pada 3 November 1864. Lalu, disusul Lagere School atau SD Santa Ursula pada 1867, Sekolah Keterampilan Wanita pada 1874, Sekolah Taman Kanak-kanak Frobel pada 1877, dan Sekolah Guru Santa Catarina pada 1880,” ungkapnya.
Cerita foto bergeser ke Kota Malang. Pada 1900, Suster Angele Flecken mendirikan Biara di Jalan Celaket 55 Malang yang kini Biara Santa Trinitas atau Cor Jesu di Jalan Jaksa Agung Suprapto 55 Malang. Kemudian, pada 27 Februari 1920 Suster Angele mendirikan H.B.S pertama di Jawa Timur/Jatim.
Karya-karya pendidikan di Kota Malang, mulai dari KB/TK, SMP, SMA, hingga SMK Cor Jesu. Dari Kota Malang, karya suster-suster Ursulin berkembang ke Surabaya, Sidoarjo, dan Pacet. Melalui pameran ini, diharapkan masyarakat kembali mengingat dan mengenang bahwa 160 tahun lalu, para suster telah mulai dengan usaha mereka untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi masyarakat dan umat di Surabaya.
“Dan, ini ingin kami lanjutkan agar warisan ini tidak putus, namun terus dilanjutkan, dan kami setia berkarya di bidang pendidikan untuk menjadikan anak-anak bangsa ini menjadi anak berkarakter baik, bukan hanya pandai,” terangnya.
Livia Benyamin, salah satu pengunjung, mengaku sebelumnya tidak banyak mengetahui sejarah tentang Ursulin Surabaya. Namun, dengan adanya dokumentasi sejarah dalam bingkai foto ini, kini menjadi lebih mengerti perjalanan panjang para suster Ursulin dalam mengembangkan dunia pendidikan.
“Menurut saya sih pameran foto ini bagus banget, karena ini juga pertama kali digelar selama 160 tahun. Ini hal yang baru karena belum pernah dilihat sebelumnya. Saya senang dan bangga,” kata Livia yang masih duduk di bangkus kelas XI SMA Santa Maria Surabaya.
Selain foto, pameran juga menampilkan memorabilia bangku sekolah SD pertama kali dipakai, kapal layar kala itu, alat-alat drumband, dan lainnya. (red)