Surabaya, (pawartajatim.com) – Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu. “Persahabatan itu seperti mata dengan tangan, saat  tangan terluka, maka mata menangis. Saat mata menangis, maka tangan yang mengusapnya,” begitu kata-kata bijak tentang persahabatan.

Desemba Titahelu dan Agus Priyanto, adalah dua orang sahabat yang merasakan kebenaran dari kata-kata bijak tersebut. Mereka berteman sejak SMP, sama-sama menempuh pendidikan disekolah yang sama di Kota Blitar.

Ayah Desemba seorang perwira menengah yang menjabat sebagai komandan di salah satu kesatuan militer di Kota Blitar, sedangkan Agus Priyanto putra seorang pengusaha kenamaan di Tulungagung. Perbedaan latar belakang keluarga, tidak menjadikan kendala bagi mereka.

Kehidupan belajar di SMP dilalui dengan suasana seperti kebanyakan anak seusia mereka saat itu. Penuh persahabatan, kesetiakawanan dan  kehangatan. “Kadang-kadang kami juga terlibat tawuran dengan siswa lain,” kata Desemba, didampingi Agus, sahabatnya kepada pawartajatim.com di suatu acara pertemuan di kawasan Surabaya Barat.

Seiring berkembangnya waktu, Desemba Titahelu, yang merupakan perpaduan Ambon-Jawa tumbuh menjadi seorang pelukis kenamaan, yang karya lukisannya banyak menghiasi  kantor instansi pemerintah dan swasta.

Sementara, Agus Priyanto, meneruskan profesi ayahnya menjadi seorang pengusaha sukses. Sambang dulur, selalu dilakukan diantara mereka berdua, sebagai tanda bahwa diantara mereka terjalin ikatan persahabatan dan persaudaraan yang kental.

“Kalau saya pas ke Blitar , saya selalu mengunjungi Agus. Dan kalau Agus ke Surabaya, pasti mencari saya,” jelas Desemba yang juga anggota Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan Jatim ini. Apabila mereka berdua bertemu, pasti akan ada pembicaraan yang hangat diselingi canda dan tawa. Hingga tidak terasa sudah melampaui waktu yang berjam- jam lamanya.

Usia yang sama-sama tidak mudah, tidak pernah menyurutkan intensitas persahabatan diantara mereka. Bagi mereka bisa berkumpul dan tertawa bersama bisa menjadi hal yang menyenangkan diantara mereka.

“Hati yang gembira adalah obat,” tambah seniman dengan ciri khas rambut panjang terurai dan jas kancing terbuka ini. Memang, dianugerahi sahabat dan teman yang menyenangkan adalah satu nikmat yang tidak bisa kita dustakan. (nn)