Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar tradisi tumpeng sewu, Minggu (3/7) malam. Ritual ini bertujuan menolak balak, mendoakan desa dari mara bahaya.
Tradisi ini merupakan kegiatan turun temurun, rutin digelar sebelum datangnya Idul Adha. Prosesi tumpeng sewu dimulai sejak pagi. Warga suku Osing ini menjemur kasur di depan rumah masing-masing.
Maknanya, membersihkan segala kekotoran dalam rumah. Kemudian, menjelang sore, digelar barong ider bumi. Kesenian barong diarak berkeliling kampung. Arak-arakan berakhir di pusat desa. Selama arak-arakan barong, warga seluruhnya keluar rumah.
Mereka duduk rapi di depan rumah masing-masing sambil menyediakan tumpeng. Jenis tumpengnya menggunakan makanan khas pecel pitik. Bahannya, ayam panggang diramu dengan sambal kelapa. Ritual ditandai dengan doa yang dibacakan sesepuh kampung.
Doa ini memohon perlindungan Yang Maha Kuasa agar dijauhkan dari segala bahaya. Selama prosesi, warga juga memasang obor di depan rumah. Suasananya terasa religius. “Ini adalah ritual warisan leluhur. Kami, selalu menggelarnya setiap tahun,” kata Suhaimi, sesepuh Desa Kemiren.
Yang unik, selama prosesi, warga dari luar desa juga berdatangan. Mereka bebas ikut menyantab tumpeng. Sejumlah wisatawan luar kota juga berdatangan. Apalagi, ritual tumpeng sewu masuk dalam agenda pariwisata di Banyuwangi.
“Kegiatan di Kemiren ini tidak lagi menjadi ritual, tapi atraksi wisata. Ciri khas adat ini yang dicari wisatawan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda. (udi)