Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Jalur pantai utara (pantura) memiliki ikatan sejarah dengan warga Banyuwangi. Salah satunya, warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri. Setiap tahun warga menggelar tradisi puter kayun untuk napal tilas pembukaan jalur pantura.
Tradisi puter kayun digelar setiap hari kesepuluh Lebaran. Ritual turun temurun ini dilakukan dengan pawai dokar dari Kelurahan Boyolangu ke Pantai Watudodol. Jaraknya sekitar 15 kilometer.
Puter kayun merupakan tradisi menepati janji leluhur warga setempat. Dahulu, leluhur warga bernama Ki Buyut Jakso berhasil memenangi sayembara untuk membuka jalur pantura Banyuwangi yang tertutup bukit batu. Kini, dikenal dengan kawasan Watudodol. Keberhasilan ini kemudian dirayakan setiap tahun dengan menggelar syukuran di pesisir Watudodol.
Kenapa memakai dokar ? Dahulu warga Boyolangu dikenal pusatnya kusir dokar. Sehingga, ketika ke pantai menggunakan kendaraan dokar. Seiring perkembangan zaman, kendaraan dokar mulai punah. Namun, warga setempat tetap mempertahankan kendaraan dokar ketika puter kayun.
“Puter kayun mengingatkan dari mana berasal. Ini bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah membuka akses ke wilayah Banyuwangi utara,” kata Iqbal Sani Dzulkahfi (24), salah satu pemuda Boyolangu disela puter kayun, Jumat (19/4/2024).
Meski jumlah dokar mulai berkurang, puter kayun tetap memikat wisatawan. Apalagi, prosesinya diiringi beragam kegiatan. Seperti, ritual kebo-keboan dan kesenian lainnya. “Puter kayun ini salah satu tradisi budaya dan adat yang menjadi prioritas pelestarian Pemkab Banyuwangi,” kata Plt Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman. (udi)











