
Surabaya, (pawartajatim.com) – Meskipun konsumsi tisu di Indonesia masih berada di bawah 1 kg per kapita per tahun jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia lain seperti Singapura dan Malaysia namun tren permintaan tisu di Indonesia terus meningkat signifikan sepanjang tahun 2024. Menyikapi peluang ini, PT Suparma Tbk berencana menambah mesin produksi kertas tisu baru pada tahun depan.
Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur, mengungkapkan bahwa perusahaan akan menginvestasikan 23 juta USD untuk pengadaan mesin produksi kertas terbaru, yang disebut Paper Machine Nomor 11.
“Dengan tambahan mesin ini, kapasitas produksi terpasang akan meningkat sebesar 27.000 ton per tahun, hampir 10 persen dari total kapasitas produksi perseroan saat ini,” kata Hendro dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Suparma yang diadakan secara daring, Senin (25/11).
Dalam RUPS tersebut, Hendro juga memaparkan bahwa penjualan bersih PT Suparma selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,5 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh peningkatan kuantitas produk kertas sebesar 4,6 persen.
Capaian ini menyumbang 72,7 persen dari target penjualan bersih tahun 2024 yang ditetapkan sebesar Rp 2.700 miliar. Hingga 31 Oktober 2024, penjualan bersih telah mencapai Rp 2.202 miliar, atau 81,6 persen dari target tahunan.
Sementara itu, kuantitas penjualan kertas meningkat dari 156.995 MT menjadi 164.295 MT, setara dengan 73,1 persen dari target kuantitas penjualan sebesar 224.900 MT. Pada periode sepuluh bulan hingga akhir Oktober, kuantitas penjualan kertas tercatat sebesar 184.766 MT, mencapai 82,2 persen dari target tahunan.
“Produksi kertas PT Suparma relatif stabil, dari 163.248 MT menjadi 163.577 MT, setara dengan 72,8 persen dari target produksi tahun 2024 sebesar 224.700 MT. Hingga Oktober, produksi kertas mencapai 184.240 MT, atau 82,0 persen dari target tahunan,” ungkap Hendro Luhur.
Sementara, untuk mendukung operasional yang ramah lingkungan, PT Suparma juga berinvestasi dalam energi baru terbarukan melalui pemasangan steam boiler sejak tahun 2023 dengan anggaran 10 juta USD. Hingga Oktober 2024, investasi ini telah terealisasi sebesar 8,6 juta USD.
Pendanaan sepenuhnya berasal dari kas internal perseroan (self-financing). Steam boiler ini lebih ramah lingkungan dibandingkan pembangkit energi yang ada, karena mengurangi penggunaan batubara hingga 60 persen.
‘’Sisanya menggunakan sampah plat, limbah plastik, dan limbah kayu dari operasional perseroan,” ungkap Hendro. Langkah strategis PT Suparma ini menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kapasitas produksi sekaligus menerapkan inovasi teknologi berkelanjutan untuk mendukung kebutuhan pasar yang terus berkembang. (ony)










