Direktur Sigma Research & Consulting, Mushonif Afandi (kanan), didampingi Peneliti Utama, Ken Bimo Sultoni (kiri), disela soft launching sekaligus bedah buku “Dramaturgi Politik Elektoral di kantor PWI Jatim Senin (26/8). (foto/bw)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Prihatin perkembangan demokrasi di Indonesia akhir-akhir ini, tujuh peneliti mendirikan sigma research & consulting. Ke-7 peneliti ini terdiri dari tiga peneliti utama dan empat pene;iti muda. Lembaga ini untuk meluruskan demokrasi yang sentralistik orang yang berkuasa.

‘’Menjelang Pilkada ini, kami ingin berkontribusi kepada calon kepala daerah untuk memberikan sesuatu agar lurus dalam memimpin nanti,’’ kata Direktur Sigma Research & Consulting, Mushonif Afandi, didampingi Peneliti Utama, Ken Bimo Sultoni, disela soft launching sekaligus bedah buku “Dramaturgi Politik Elektoral’ di kantor PWI Jatim Senin (26/8).

Seorang calon kepala daerah, kata dia, memerlukan data lapangan hasil survey riset sebuah data yang obyektif. ‘’Lembaga ini menjaga independensinya dan obyektivitas dalam memberikan informasi yang reel. Bagi kami, tidak ada kata terlambat dalam menunjukkan kehadiran Sigma Research & Consulting untuk memperbaiki demokrasi kita,’’ kilah Mushonif.

Ia mengatakan, masyarakat umumnya kurang akses informasi. Sehingga banyak yang tidak paham dengan kenyataan sebenarnya. Tujuan lain agar demokrasi sesuai dengan tujuan terbentuknya negara, tidak dikuasai segelintir orang saja.

Menurut dia, calon kepala daerah perlu gambaran dan kajian ilmiah dan mencari rumusan agar ke depan Indonesia menjadi lebih baik dengan berpegang pada moral demokrasi. Bentuknya dalam bentuk survey research akan menjadi data yang objektif untuk lembaga di daerah dan institusi.

Saat soft launching sekaligus bedah buku ‘Dramaturgi Politik Elektoral’ karya Dr (can) Abdus Sair, S.Sos,M.SI di Kantor PWI Jatim Senin (26/8/2024). (foto/bw)

Peneliti Utama Sygma Research & Consulting, Ken Bimo Sultoni, menambahkan hadirnya Sygma mengambil momentum yang pas untuk hadir dengan memberikan edukasi dan menjaga objektifitas informasi yang riil.

‘’Sygma hadir dengan main research politik, research sosial, keamanan termasuk personal branding,’’ ujarnya. Sygma, kata dia, didukung empat peneliti muda, dan tiga peneliti utama ditambah beberapa SDM yang memadai sebagai sebuah lembaga research siap bersaing dengan yang sudah hadir lebih dulu.

Menurut dia, metodologi yang kita pakai standar kuantitatif dan kualitatif atau mixed dari keduanya. Dan Pilkada serentak serta demokrasi yang saat ini sedang dinamis menjadi momentum bagi Sygma untuk hadir dan memberikan kontribusi masukan dan solusi berbasis data.

‘’Target awal fokus di Jatim dan pulau Jawa baru dikembangkan ke luar,” jelas Ken. Tidak hanya itu jelas Ken Sygma melakukan pendekatan dengan paslon dengan penyajian data yang valid dan terukur. Juga mendekati kelompok kaum muda, aktivis, bagaimana mengemas aspirasi. Tidak hanya turun ke jalan karena sudah tidak relevan.

Ken mengakui, kompetisi perusahaan riset dan konsultan saat ini sangat ketat. Di Jatim saja jumlahnya bisa puluhan bahkan ratusan. Namun dengan konsep yang diusung sygma, tetap optimistis akan bisa bersaing karena pasarnya masih terbuka luas. (bw)