PPNI Surabaya Terjunkan 1.500 Perawat Atasi Balita Stunting

PPNI Surabaya terjunkan 1.500 perawat atasi balita stunting. (foto/red)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Surabaya menerjunkan 1.500 perawat untuk menangani dan mencegah indikasi gejala balita stunting. Kali ini, ribuan perawat tersebut melakukan pemeriksaan dini dengan cara jemput bola di empat kecamatan di Surabaya.

Targetnya, lebih dari 200 balita didata dan diperiksa, serta menggencarkan konsumsi protein pada ibu hamil dan anak-anak balita. Sejalan dengan Pemerintah Kota Surabaya yang terus berupaya menurunkan angka stunting, PPNI juga berperan aktif dengan menerjunkan 1.500 perawat untuk melakukan pendataan dan pemeriksaan terhadap anak-anak balita, ibu hamil, hingga calon pengantin di Sentra Ikan Bulak (SIB) Kecamatan Bulak, Surabaya Rabu (22/3).

Ketua DPD PPNI Kota Surabaya, Nuh Huda Skep Ns, mengatakan, kegiatan yang bertepatan dalam rangka HUT ke-49 PPNI ini bertujuan untuk mengatasi stunting di Kota Surabaya hingga ke akar zero stunting di Surabaya.

Sedikitnya 1.500 perawat yang ada di Surabaya diterjunkan untuk menangani balita stunting di 4 Kecamatan di Surabaya. PPNI Kota Surabaya melibatkan sekitar 1.500 perawat yang ada di seluruh Kota Surabaya.

‘’Ribuan perawat ini fokus memprioritaskan upaya penanganan dan pencegahan indikasi gejala balita stunting di 4 Kecamatan di Surabaya. Yakni, Kecamatan Bulak, Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Tambaksari dan Kecamatan Mulyorejo,” terang Nuh Huda, disela-sela kegiatan Bakti Sosial bertema PPNI Bersama Surabaya Bebas Stunting.

Selain balita, lanjut Nuh huda, dalam pengendalian angka stunting di Surabaya ini juga dilakukan pada remaja putri. Yakni, dengan memberikan tambah darah (TTD). Setelah itu, untuk calon pengantin (catin) dan ibu hamil juga mendapatkan micronutrients (zat gizi mikro).

“Para perawat juga menggencarkan konsumsi protein pada ibu hamil dan anak-anak balita, seperti mengonsumsi telur, ikan maupun daging,” ujarnya. Andini Prasita, salah satu orang tua balita mengaku senang, karena pemeriksaan dilakukan dengan cara jemput bola.

Sebab, selain lebih dekat dengan tempat tinggal, mereka juga tidak perlu antre untuk melakukan pemeriksaan balita di puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya. Pemeriksaan dini penting dilakukan untuk mengetahui anak-anak balita mengalami gejala stunting atau tidak.

“Ya…., senang pemeriksaan balita bisa dilakukan di sini, karena dekat dengan rumah. Anak saya kan periksa untuk penimbangan, segala macam, lebih mudah. Tadi anak saya diperiksa berat badan, tinggi badan, dan pendataan untuk anak-anak. Termasuk diberi makanan seimbang dan informasi seputar masalah gejala stunting pada anak balita,” jelasnya.

Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Surabaya terus mengalami penurunan signifikan. Yakni, dari tahun 2020 terdapat 12.788 kasus stunting turun menjadi 6.722 pada tahun 2021.

Selanjutnya, hingga akhir Desember 2022 kembali turun menjadi 923 kasus. Dan, pada Februari 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 872 kasus. Pemerintah Kota Surabaya terus bekerja keras untuk menurunkan prevalensi kasus bayi stunting.

Bahkan, pada 2023 ini, Surabaya ditargetkan masuk pada zero stunting dan zero new stunting. (red)