Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah/BPBD Kabupaten Gresik Sukardi (pegang mikrofon) saat memberi sambutan pada Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi Bencana di Desa Domas Menganti. (foto/dra)

Gresik, (pawartajatim.com) – Pemerintah Kabupaten/Pemkab Gresik gencar melakukan pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana kepada warga. Hal ini bertujuan untuk memperkecil atau meminimalkan risiko yang diakibatkan bila terjadi musibah.

Keinginan itu diwujudkan Pemkab Gresik melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Badan ini  secara intens terus membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) yang melibatkan banyak warga.

Terbaru, dilakukan pembentukan Destana di Desa Domas, Kecamatan Menganti, Senin-Selasa (13-14/10). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh para perangkat desa, serta puluhan perwakilan warga yang diundang sebagai peserta pelatihan.

“Gresik berada di wilayah yang dikelilingi empat sesar aktif. Karena itu, kita harus mempersiapkan diri,” kata Sukardi Kepala Pelaksana BPBD Pemkab Gresik saat membuka pelatihan, di Balai Desa Domas Menganti, Senin (13/10).

Tampak hadir Camat Menganti Bagus Arif Jauhari, Anggota DPRD Kabupaten Gresik Sulton Sulaiman dari PPP dan Dimas Fahturachman dari PDIP, Pemateri pelatihan dan segenap undangan. Lebih lanjut Sukardi  menyampaikan pentingnya peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana.

Semua pihak mendukung dilakukannya pelatihan pencegahan ini. Hal ini untuk meminimalkan risiko yang diakibatkan oleh bencana. (foto/dra)

Selain ikut melaporkan kejadian melalui layanan darurat Pemkab Gresik 112, respons juga diperlukan dalam tiga tahapan utama penanggulangan bencana. Seperti filosofi simbol segitiga BPBD, yakni pencegahan, kesiapsiagaan, dan pemulihan.

Sementara itu, Sri Retnowati, Kepala Desa Domas merasa senang warganya dapat pelatihan ini. Sehingga desa yang dipimpinnya memperoleh predikat Destana oleh Pemkab Gresik. “Manfaatnya sangat besar, karena masyarakat desa jadi tahu bagaimana caranya mengatasi apabila ada bencana,” ungkapnya berbinar.

Dia berharap pascapelatihan para peserta bisa menyosialisasikan kepada tetangga atau kerabat yang lain. Pembentukan Destana ini menjadi bagian dari peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat.

Peningkatan kapasitas dianggap salah satu bagian penting dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia. Mengingat Indonesia menempati peringkat kedua dari 193 negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia. Data ini mengacu pada laporan World Risk Report (WRR) 2024.

Tingginya risiko ini sebagai konsekuensi letak Indonesia dari sisi geologis dan geografis. Menurut penilaian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indeks Risiko Bencana Kabupaten Gresik tahun 2024 berada pada level sedang dengan nilai indeks sebesar 105.07 poin.

Indeks ini mengalami penurunan  dari tahun 2023 yang sebesar 110.54 poin. Setiap tahun ditargetkan setidaknya 20 Desa Tangguh Bencana (Destana) dibentuk di Kabupaten Gresik. Hingga Oktober 2025. Total sudah 147 desa yang sudah berstatus Destana.

Upaya ini dilakukan agar kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana makin kuat, sehingga risiko bencana bisa diminimalisir. Lebih lanjut, Sukardi, menambahkan pelatihan pencegahan potensi bencana ini menargetkan seluruh desa di Kabupaten Gresik.

Kegiatan simulasi cara menghadapi bencana. (foto/dra)

Kegiatan ini bagian dari mewujudkan program Nawa Karsa Bupati Gresik. “Sesuai arahan Pak Bupati, pelatihan pencegahan dan mitigas bencana ini menargetkan seluruh desa di Kabupaten Gresik. Sehingga seluruh desa sudah terbentuk Destana sebelum masa masa akhir jabatan beliau,” ujar pria yang pernah menjadi Camat Kedamean ini.

“Targetnya kita melatih masyarakat mengantipasi potensi bencana yang terjadi. Karena di wilayah Gresik ini rawan terjadi bencana banjir, kekeringan, gempa bumi, puting beliung, tanah longsor dan lain sebagainya,” papar Sukardi.

Perlu diketahui, dalam pelatihan kali ini warga diberikan berbagai materi tentang kesiapsiagaan, evakuasi, hingga langkah-langkah cepat yang harus dilakukan saat bencana terjadi.

“Tujuan utama pelatihan ini agar masyarakat tidak panik ketika bencana datang. Karena puncak dari kebencanaan itu justru muncul dari kepanikan. Maka dari itu, pelatihan seperti ini harus dimiliki oleh warga,” beber Sukardi.

Melalui pembentukan Destana ini, diharapkan masyarakat terdidik agar ketika terjadi bencana sudah tangguh, mengerti langkah yang harus dilakukan, dan tidak panik. “Karena puncak dari kebencanaan itu dari kepanikan. Dan pelatihan harus dimiliki mereka,” pungkasnya.

Dan pada pelatihan hari kedua warga diajak simulasi praktek menghadapi bencana. Secara umum kegiatan berjalan aman dan lancar. (Adv/dra)