Surabaya, (pawartajatim.com) – Perayaan Imlek atau Tahun Baru China Sabtu (10/2/2024) di Indonesia berlangsung meriah. Tak terkecuali masyarakat Surabaya khususnya warga keturunan gegap gempita merayakan datangnya Tahun Baru China ini.

Tak sedikit di keramaian seperti stasiun kereta api yang memeriahkan perayaan Imlek dengan mempertontonkan pertunjukkan barongsai untuk menghibur calon penumpang. Demikian juga dengan sejumlah hotel berbintang yang ada di Surabaya dan Malang memperingati datangnya Tahun Baru China ini dengan menggelar makan malam bersama dan menyuguhkan tarian barongsai.

Semua itu, tak lain untuk meningkatkan tingkat hunian pada masing-masing hotel tersebut. Namun, kemeriahan peringatan perayaan Imlek ini tak terlepas dari ‘jasa’ Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Sejak era kepemimpinan Gus Dur, Imlek selalu dirayakan dengan semarak oleh mayoritas masyarakat Tionghoa di Indonesia. Perayaan dilakukan di banyak kota besar. Lengkap dengan lampu-lampu lampion dan pertunjukan barongsai serta liong bisa dilakukan di ruang terbuka.

Padahal, gemerlap Imlek ini tak pernah terlihat sebelumnya. Terutama selama 32 tahun masa pemerintahan orde baru yang dipimpin Suharto. Rezim Orde Baru melalui Inpres No 14/1967 membuat Imlek menjadi barang terlarang untuk dirayakan di depan publik.

Selama berlakunya Instruksi Presiden tersebut, seluruh perayaan tradisi dan keagamaan etnis Tionghoa termasuk Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh dilarang dirayakan secara terbuka. Pertunjukan barongsai dan liang liong pun dilarang dimainkan di ruang-ruang publik. Lagu Mandarin tidak boleh diputar di radio.

Selama 32 tahun Orba berkuasa, tidak pernah ada Imlek yang meriah seperti tahun-tahun belakangan ini. Karena itulah, even Imlek selalu dinantikan pengelola hotel dan dijadikan sebagai wisata Imlek yang dapat mengangkat tingkat hunian dan pemasukan hotel.

Misalnya, sejumlah hotel berbintang di Surabaya dan Malang yang menggelar perayaan Imlek. Diantaranya, The Southern Hotel Surabaya, Aston inn Jemursari, The Shalimar Boutique Hotel Malang dan DoubleTree by Hilton Surabaya, serta hotel lainnya.

Barongsai meriahkan peringatan Imlek dengan makan malam bersama di The Southern Hotel Surabaya. (foto/ist)

Perayaan Imlek di The Southern Hotel Surabaya, menggelar makan malam bersama masyarakat Tionghoa pada Jum’at (9/2) malam. Momen sekali dalam setahun ini memiliki makna tersendiri bagi sebagian besar keluarga.

Sehingga makanan yang disajikan pun memiliki beberapa makna yang menjadi suatu doa dan harapan untuk setahun kedepan. Tahun 2024 merupakan perayaan untuk shio naga, khususnya Naga Kayu.

Naga yang menjadi lambang kehormatan, ketangguhan, dan keberuntungan diharapkan bisa membawa hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari selama setahun kedepan oleh masyarakat keturunan Tionghua di Indonesia.

‘’Banyak atribut naga yang sudah mulai terpasang di beberapa tempat public. Seperti pusat perbelanjaan, penginapan, dan sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan untuk memeriahkan perayaan Tahun Baru imlek 2024,’’ kata General Manager/GM The Sourthern Hotel Surabaya, Kencana Herdianto.

Exeutive Chef The Southern Hotel Surabaya, Sarto, mengatakan, menu makan malam yang tersaji pada acara Heaven Emperor juga berbeda dibandingkan hari-hari lainnya. Yusheng yang menjadi menu identik peryaan Tahun Baru Imlek tentu dihadirkan kembali pada tahun ini.

Selain itu ada juga menu lainnya. Seperti pecking duck, prawn and chicken dumpling, traditional chinese style jellyfish, authentic pomelo with Mandarin orange salad, sauteed chinese cabbage with seafood mushroom, Mie goreng ala Hokong dengan ayam dan paprika, fish with beurre blanc sauce, steamed fish with ginger garlic coriander sauce.

‘’Tahun ini, The Southern Hotel menyajikan bukan sekedar hidangan untuk merayakan malam pergantian Tahun Baru Imlek. Namun, dilengkapi juga dengan pertunjukan tari Barongsai dan hiburan lainnya,’’ tambah Food and Beverage Manager, Budi Utomo.

Seperti, oriental live music, lucky tree, oriental buffet menu, dan banyak lainnya untuk tamu yang datang dalam acara makan malam yang bertajuk ‘Heaven Emperor’.  Yang juga menarik dan berbeda saat perayaan Imlek dilakukan di Aston inn Jemursari dari lobi sampai ke Saffron Restaurant.

Berbagai pertunjukkan seperti Akustik Musik, Drag Queen, Puppet Show dan sajian minuman khas Imlek disajikan secara langsung untuk pengunjung. Seperti teh oolong yang dipercaya mampu menangkal radikal bebas serta membuat kulit lebih cerah dan sehat.

Untuk menarik lebih banyak pengunjung serta membuat hal yang berbeda dalam perayaan Hari Imlek di tahun ini, pihaknya sengaja mengemas lebih ke entertain dinner. Jadi, selain pengunjung menikmati kuliner khas Imlek seperti pecking duck, jiao hua ji, chow min sampai ke ma po tofu.

‘’Pengunjung juga disuguhi dengan berbagai pertunjukkan yang sudah kami siapkan beberapa bulan sebelumnya,’’ kata Food & Beverage Supervisor Aston inn Jemursari, Derik Irawan. Sementara, Michelle, salah satu pengunjung yang datang bersama keluarga besar dari Semarang menyatakan, perayaan Imlek kali ini yang pertama kalinya dirayakan di Hotel Aston inn Jemursari.

‘’Kebetulan keluarga dari Semarang juga datang untuk berlibur ke Surabaya. Kami sangat tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh hotel ini, karena biasanya di beberapa tempat hanya menyediakan makan malam dengan akustik music. Namun, di Aston inn Jemursari memberikan hiburan yang segar untuk pengunjung,” ujar Michelle.

Ada yang unik dalam perayaan Imlek yang digelar The Shalimar Boutique Hotel Malang. Hotel berbintang ini mempunyai cara unik dan berbeda untuk merayakan setiap momen spesial. Dalam menyambut Chinese New Year 2024, hotel bintang lima yang terletak di Jalan Cerme no 16 Malang ini, berkolaborasi dengan Pohon Mungil dan Boby Chen dengan mengadakan Bonsai dan Chinese Calligraphy Exhibition bertajuk Owah Gingsir.

Pameran ini dibuka secara gratis untuk khalayak umum, mulai 8 – 11 Februari 2024 lalu. Selain pameran bonsai dan chinese calligraphy, juga dibuka booth khusus untuk menjual bonsai dan live calligraphy oleh Boby Chen.

Secara etimologi Jawa, “Owah Gingsir” dapat diartikan sebagai perubahan, perpindahan tempat, atau bahkan pikiran yang berarti segala sesuatu selalu berubah. Dari pitutur Jawa tersebut, bisa dipahami bahwa zaman terus berubah dan bergeser sama seperti roda yang selalu berputar.

Dalam pitutur Jawa, “samubarang tansah munyer. Kahanan kang ana iki ora suwe mesti ngalami owah gingsir, mula aja lali marang saphada-padaning tumitan” yang jika diartikan ‘semuanya selalu berputar. Situasi saat ini akan segera berubah, jadi jangan lupakan masa depan’.

Pameran kolaborasi antara The Shalimar Boutique Hotel Malang, Sujud Sukur – seniman bonsai & Boby Chen –  Chinese Calligraphy & Painting Artist, bertepatan dengan tahun baru Imlek 2024, yang mana tahun 2024 adalah tahun Naga Kayu yang diyakini memiliki energi & semangat. Bahkan ada mimpi untuk mengubah dunia.

Bonsai. (foto/ist)

“Kami menyajikan sebuah akulturasi dari Budaya China – Tiongkok Kuno dan Jawa, dengan tema Owah Gingsir dengan menarik benang merah, secara falsafah Jawa dan Falsafah Shio dalam budaya China. Sama-sama merujuk pada perubahan yang sangat menarik untuk disajikan dalam sebuah pameran bonsai & chinese calligraphy,“ ujar Public Relations dari The Shalimar Boutique Hotel Malang, Candy Vicha.

Melihat dari gegap gempitanya dan meriahnya perayaan Imlek ini, bisa diartikan bahwa Tahun Baru China, ini sangat dinantikan oleh warga Tionghoa yang ada di Indonesia, khususnya Surabaya dan Malang.

Dengan demikian, perayaan Tahun Baru China setiap tahunnya ini menjadi ‘wisata Imlek’, yang sangat dinantikan oleh masyarakat, khususnya keturunan Tionghoa. Selamat Tahun Baru China, Gong Xi Fa Cai yang memiliki arti ‘Semoga Berbahagia dan Memperoleh Keberuntungan Besar’. (bambang wiliarto)