Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Tewasnya seorang pesilat akibat pengeroyokan sesama pesilat membuka luka lama di Banyuwangi. Apalagi, kasus serupa bukan kali pertama terjadi. Mengantisipasi terulang lagi, Polresta Banyuwangi meminta seluruh perguruan silat di Banyuwangi menahan diri.
Terutama, dua perguruan silat yang menjadi korban dan tersangka pengeroyokan. Permintaan menahan diri masing-masing perguruan ini mengantisipasi aksi susulan. Apalagi, kelima tersangka sudah menjalani proses penyidikan di Polresta Banyuwangi.
“Kami minta perguruan silat menahan diri. Jangan terpancing isu-isu yang tidak benar. Percayakan ke kami untuk menyelesaikan kasus ini,” tegas Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol. Nanang Haryono melalui Wakapolresta Banyuwangi AKBP Dewa Putu Eka Darmawan dalam rilis, Rabu (24/4/2024).
Kasus pengeroyokan pesilat terjadi lagi di Banyuwangi, Jumat (19/3/2024) malam. Satu orang tewas akibat kejadian ini. Belakang diketahui penyebab pengeroyokan berawal dari saling tantang di media sosial (medsos).
Korban tewas berinisial AYP (18), asal Srono, Banyuwangi. Sedangkan lima tersangka masing-masing berinisial RIP (27), MDA (43), MBP (18),asal Tegaldlimo dan RNS (18) serta AE (21) asal Bangorejo, Bangorejo, Banyuwangi.
Kelimanya diamankan Satreskrim Polresta Banyuwangi setelah dilaporkan ayah korban. Begitu mendapat laporan, polisi bergerak. Tak butuh waktu lama bagi polisi meringkus kelima terduga pelaku.
Hasil penyidikan terungkap, antara korban dan para tersangka ternyata tak saling kenal sebelumnya. Mereka hanya saling tantang di medsos. Perang urat syaraf itu memuncak dengan saling ketemu untuk duel. Bukan satu lawan satu. Namun, justru korban dikeroyok hingga terluka. Korban meninggal setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit. (udi)