Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Lomba selancar dunia “World Surf League (WSL)” di Pantai Plengkung, Banyuwangi, diliburkan. Ombak di pesisir yang dikenal dengan G-Land ini mendadak menghilang. Ketinggiannya tak sampai 1 meter. Sehingga, menyulitkan para peselancar untuk unjuk gigi.
Biasanya, ketinggian ombak Plengkung mencapai 6-8 meter. Sehingga, menjadi surga peselancar. Namun, sejak Minggu (29/5) siang hingga Selasa (31/5) siang, ketinggian ombak terus turun. Belum diketahui penyebab “hilangnya” ombak ini.
“Ya benar, ajang WSL libur sudah tiga hari. Ombaknya di bawah 1 meter, tentunya menyulitkan para atlet,” kata Tipi Jabrik, pelatih atlet selancar Indonesia, Rio Waida lewat telepon, Selasa (31/5) sore.
Meski libur, para atlet yang berlaga di ajang WSL tetap bertahan di lokasi. Menunggu, datangnya ombak. Kegiatannya, diisi dengan latihan ringan, sembari menunggu ombak besar datang. “Tentunya, para atlet tetap siaga, mengisinya dengan latihan,” jelas Sekjen Persatuan Selancar Ombak Indonesia ini.
Pihaknya berharap, ombak Plengkung bisa kembali normal. Sehingga, ajang WSL bisa segera terselesaikan. Liburnya ajang WSL ini dibenarkan salah satu fotografer papan atas, Rendra Kurnia.
Pria asal Banyuwangi ini mengaku, para atlet hanya berlaga di hari pertama WSL, Sabtu (28/5) siang. Namun, besoknya kondisi gelombang tidak lagi tinggi. Perlombaan sempat ditunda.
Ternyata, ombak tetap tidak berubah. Alhasil, pertandingan terus ditunda hingga tiga hari. “Kondisi ombaknya memang rendah, tidak bisa dipakai surfing. Jadi, diumumkan cancel,” jelasnya.
Ajang WSL di Pantai Plengkung diikuti 36 atlet dari berbagai dunia, salah satunya dari Indonesia. Sedianya, perlombaan bergengsi ini digelar mulai 28 Mei hingga 6 Juni mendatang. Pantai Plengkung dipilih karena ombaknya dikenal tinggi, mencapai 6-8 meter.
Namun, ketika perlombaan digelar, ombak justru menurun. (udi)