Nafsu Angkara Terhempas di Langit Nusantara

Surabaya, (pawartajatim.com) – Adu Sakti Prabu Kertanegara dari Singasari melawan Kaisar Mongol, Kubilai Khan. Jengis Khan adalah seorang  pangeran dari Suku Kiyad, lahir pada sekitar Tahun 1162 – 1167 Masehi dengan nama Temujin, putra dari Kepala Suku Yesugei.

Berbekal keberanian, kecerdikan, ketangguhan dan nasib baik, dia berhasil menyatukan suku-suku nomaden yang ada di wilayah   gurun Mongolia, seperti Kiyad, Tartar, Olkhunut, Mengkid, Jadaran, dan Onggirat. Kemudian berhasil merebut Kerajaan China dan mendirikan Kekaisaran Mongol disana serta menjadikan  Peking sebagai ibukotanya.

Tidak hanya itu, Dinasti Yuan dibawah kepemimpinan Kubilai Khan yang merupakan cucu Jengis Khan juga berhasil menaklukkan seluruh Kerajaan yang ada di  Asia  Timur, Selatan, Barat, serta Eropa Tengah dan Timur.

Pasukan Kavelari berkudanya  yang didominasi oleh orang-orang Suku Tartar merupakan ujung tombak Tentara Mongol, mereka mampu bergerak cepat laksana anak panah yang melesat di kegelapan malam.

Mereka juga memiliki kemampuan fisik yang tangguh, karena mampu berhari-hari menunggang kuda tanpa berhenti dan tanpa makan, mereka hanya sesekali minum dan itupun dilakukan diatas kuda.

Banyak benteng kuat milik Kerajaan besar rata dengan tanah setelah diserbu dan dihancurkan oleh pasukan Mongol. Tidak hanya itu, pembantaian massal terhadap tentara dan penduduk sipil juga dilakukan terhadap kota-kota yang ditaklukkan.

Benteng Kota Baghdad milik Dinasti Abbasiyah adalah salah satu contoh nyata dan saksi sejarah betapa bengis dan kejamnya perilaku mereka. “Dalam sejarah modern, kekejaman Tentara Mongol hanya bisa ditandingi oleh Tentara Nazi Jerman, Holocaust yang dilakukan kepada orang Yahudi dan keturunannya merupakan praktek Genosida atau penghapusan etnis,” kata Ketua Bidang Prasasti dan Manuskrip Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Jatim, Nanang Sutrisno kepada pawartajatim.com, di Surabaya Senin (16/12).

Sejarah menyebutkan bahwa wilayah yang berhasil ditaklukan oleh Kekaisaran Mongol meliputi wilayah yang di jaman modern dikenal dengan Negara China, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Iraq,  Yordania, Israel, Libanon, Suriah, Turki, Mesir, kemudian Armenia, Tajikistan, Kirgistan, Uzbekistan, dan Azerbaijan.

Sedangkan wilayah Eropa meliputi Ceko, Slovakia, Hongaria, Polandia, Jerman, hingga Sungai Wolga di Rusia. Kekaisaran Mongol juga berkeinginan menaklukkan Jepang  namun beberapa kali melakukan penyerbuan gagal, diantaranya pada Tahun 1274 masehi.

Hal ini disebabkan oleh faktor teknis  dan non teknis yaitu adanya cuaca berupa badai laut tsunami yang besar dan  menghancurkan serta menenggelamkan kapal-kapal perang mereka. Pasukan Mongol yang perkasa di daratan ternyata tidak berdaya dalam perang laut, armada laut mereka bukan tandingan  bahtera Negara Matahari Terbit.

Selain itu para  Samurai keturunan Ametarasu Omikami/ Dewa Matahari, Terbit bertempur dengan semangat Bushido dan teknik Kamikaze  mampu memporak-porandakan kekuatan Mongol dan membuyarkan impian Kubilai Khan.

 Gagal menaklukkan Jepang perhatian Kubilai Khan berpindah ke Asia bagian tenggara, seperti Kerajaan Annam, Khmer (Kamboja), Champa (Kamboja), Moon (Myanmar), dan Singasari di Jawa.

Ambisi Kubilai Khan ini, mirip dengan klaim Nine Dash Line yang dilakukan oleh Negara Republik Rakyat China dewasa ini, yaitu memasukkan wilayah Laut Cina Selatan sepanjang  2 juta kilometer ke dalam  wilayah teritorial mereka. Tentu saja hal ini membuat meradang beberapa negara Asean seperti Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia.

Di Asia bagian tenggara, ambisi Kubilai Khan terhenti, karena dia mendapatkan tentangan dari Kertanegara, Raja Singasari yang kerajaannya berpusat di Jawa bagian timur.  Sesuai isi Prasasti Cemandi yang berangka Tahun 1292 Masehi, iKerajaan Singasari saat itu memiliki wilayah yang cukup luas, meliputi  Pahang di Semenanjung Malaya, Melayu di Sumatera.Sunda di Jawa, Bali,  Bakulapura di Kalimantan, dan Gurun, Seran di Maluku.

Sebagai keturunan Ken Angrok yang sakti mandraguna, Prabu Kertanegara yang memiliki nama asli Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara Wikrama Dharmatunggadewa. juga dikenal sebagai sosok pemberani ,dan pilih tanding, namun juga keras kepala dan ugal-ugalan.Sehingga kerapkali juga disebut sebagai Angkara.

Dia memiliki kesaktian dan ilmu kanuragan yang sangat  tinggi, biasa dimiliki raja-raja di Tanah Jawa. Seperti Lembu Sekilan, Bayu Bajra, Kilat Saketi, Pancasona, Kumbala Geni, Brajamusti, Candra Bhirawa, dan masih banyak lagi yang lain.

“Candra Bhirawa adalah ilmu dahsyat yang dimiliki oleh Prabu Salya,  Raja dari Kerajaan Mandaraka dalam kisah pewayangan Mahabharata,” jelas Nanang Sutrisno yang juga pernah memimpin sebuah organisasi Kejawen ini.

Prabu Kertanegara  meningkatkan kemampuan bertempurnya dengan melakukan prosesi Tantra, yaitu ritual meningkatkan  kemampuan batin yang dilakukan di pekuburan dengan menggunakan mayat dan darah manusia.

Hal ini dilakukan sebagai persiapan apabila dia benar-benar berhadapan langsung dengan Kubilai Khan dalam  pertempuran yang terjadi kelak. Tidak hanya menyiapkan diri secara fisik, Prabu Kertanegara juga melakukan upaya diplomasi politik dengan menikahkan adiknya yaitu Ratu Tapasi dengan Raja Kerajaan Champa, Simhawarman.

Selain itu putra Prabu Smininrat ini juga menggelar ekspedisi Pamalayu untuk mengajak bersekutu Raja Maulia Warmadewa dari Kerajaan Melayu di Swarna Bhumi , Sumatera. Awalnya kerajaan pewaris Sriwijaya ini menolak, namun setelah berhasil ditaklukan, akhirnya menjadi  mitra setata  dan sekutu yang setia.

Hal diketahui dari pengiriman Arca Amogaphasa dan Prasasti Padang Roco dari Wiswarupa Kumara,  anak Prabu Kertanegara yang juga putra mahkota  Kerajaan Singasari kepada Raja Maulia Warmadewa yang dilakukan secara khusus yang dipimpin oleh Dyah Adwadya Brahma, dan dikawal dikawal oleh Senapati Sarwajala, Mahisa Anabrang.

Baik Wiswarupa Kumara, Dyah Adwadya Brahma, maupun Mahisa Anabrang adalah putra-putra Putra Prabu Kertanegara. Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, seorang utusan dari negeri yang kerap juga disebut oleh orang di Nusantara dengan nama Cathay Nagari tersebut tiba di Istana Singasari.

Duta Wisesa bernama Meng Chi tersebut hadir di ruang  Pasewakan Agung  istana dengan berpakaian sutra mewah warna merah layaknya pejabat agung di negara nya,  di tangannya membawa Nawala berisi pesan permintaan takluk  untuk Raja Singasari kepada Kaisar Mongol.

Kedatangannya dikawal ketat puluhan prajurit Mongol yang berwajah kasar, dan bersenjata lengkap  seperti, gada, tombak, pedang, dan panah. Mereka juga membawa bendera berwarna  dasar biru tua bergambar lidah api, bulan sabit, dan bulan penuh yang bersusun berurutan dari atas ke bawah yang merupakan panji-panji Kekaisaran Mongol.

 Meng Chi menghadap Prabu Kertanegara dengan wajah tegak tanda penuh percaya diri, dia tidak takut sama sekali kepada Prabu  Kertanegara, para  ksatria serta ratusan prajurit Singasari yang  berada di sekelilingnya itu.

Dia berkata dengan jelas, lugas, dan tegas terkait permintaan takluk dari Kaisarnya. Entah mengapa Prabu Kertanegara tidak menyukai sosok utusan tersebut, menurut perasaanya, sikap  utusan dan surat yang dibawanya sama-sama tidak ada sopan santunnya, jauh dari aturan diplomatik.

“Hal ini mengingatkan kepada kita kepada perilaku utusan Kaisar Persia yang tidak sopan saat menghadap Raja Sparta, Leonidas dalam film 300 yang diperankan oleh Aktor asal Skotlandia, Gerard Butler.

Dimana utusan tersebut digambarkan menaiki kuda dengan membawa tengkorak kepala raja-raja negeri yang telah ditaklukkannya,” ungkap penyuka film perang kolosal ini. Menghadapi utusan yang jumawa ini,  Prabu Kertanegara ingin rasanya menghabisi riwayatnya, tetapi dia menyadari bahwa dia adalah seorang raja yang paham betul aturan mancanegara, dimana utusan tidak boleh dibunuh, apapun alasannya.

Karena itu, untuk menyalurkan hasratnya memberikan pelajaran kepada utusan tersebut, Prabu Kertanegara memerintahkan kepada prajurit nya untuk menyeret keluar Meng Chi, kemudian memotong telinganya dan melukai wajahnya.

Hal ini sengaja dilakukan  agar memancing amarah Kubilai Khan, dan segera melakukan penyerbuan ke Kerajaan Singasari. Perilaku memotong telinga utusan, kelak dilakukan oleh Ki Juru Mertani dan Ki Gede Pemanahan dari Kerajaan  Pajang  saat menantang perang Adipati Jipang Panolan,  Arya Penangsang.

Dimana pekatik atau perawat kudanya yang sedang mencari rumput, dipotong telinganya dan diberi surat tantangan. Arya Penangsang yang sedang makan siang spontan marah dan langsung menaiki kudanya untuk menghadapi tantangan dari musuhnya.

Peristiwa utusan berdarah terjadi pada Tahun 1289 Masehi, saat itu istana Singasari yang berada di wilayah Wetaning Kawi atau Kota Malang sekarang sedang dalam cuaca mendung, langit berwarna hitam, dan air hujan menetes membasahi tanah.

Tetapi bukan hanya air yang jatuh, darah dari telinga dan wajah Meng Chi juga mengalir deras. Entah mimpi apa yang dialami oleh laki-laki itu semalam. Yang jelas dia merasa pedih dan sedih, tetapi dia adalah prajurit yang tak boleh menangis meskipun badan dan perasaannya terluka.

Tentu saja Kubilai Khan marah bukan kepalang menyaksikan utusannya pulang dalam keadaan seperti itu, ingin rasanya langsung menyerbu Singasari dan menghukum mati dengan tangannya sendiri.

Tetapi Kubilai Khan menyadari dia tidak boleh grusa-grusu untuk mewujudkan niatnya itu, butuh persiapan  yang matang dan terencana. Karena itu Kaisar Kubilai Khan segera memerintahkan untuk menyiapkan rencana tersebut, diantaranya dengan pembuatan kapal-kapal perang yang dilakukan di Kota Pelabuhan Guangzhou.

Menurutnya penyerbuan ini tidak boleh gagal seperti di Jepang. Kaisar Kubilai Khan menunjuk langsung Ike  Mese seorang perwira dari etnis Uighur sebagai Panglima Perang. Dia didampingi oleh Che Pi dan Kau Shing, serta mengikutkan seorang perwira berpengalaman bernama Yung Po. Kelak Perwira Yung Po tewas di tangan Ranggalawe dalam sebuah pertempuran sengit.

Tahun 1293 Masehi Armada Perang Mongol dengan kekuatan  1.000 kapal dan 30.000 prajurit yang bermaksud menghukum Prabu Kertanegara  berhasil mendarat di Pelabuhan Tuban.

Kapal-kapal ini tidak melewati Selat Malaka, tetapi melewati Pulau Natuna, terus menyusuri bagian bawah Pulau Kalimantan, yang saat itu bernama Borneo. Sehingga kedatangan mereka luput dari pantauan Kapal Perang Singasari yang bermarkas di Dharmasraya Swarna Bumi di bawah pimpinan Laksamana Sarwajala, Mahisa Anabrang.

Jauh panggang daripada api, maksud hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Demikian kira-kira yang dialami dan dirasakan oleh pasukan  sebanyak segelar sepapan tersebut.

Karena Kerajaan Singasari sudah tidak ada, rata dengan tanah akibat diserbu oleh Raja Jayakatwang dari Kerajaan Gelang-gelang yang merupakan negara bawahan Kerajaan Singasari.

Dalam pemberontakan tersebut Prabu Kertanegara gugur saat mempertahankan istana didampingi beberapa menterinya yang setia, antara lain Mantri Raganata, Patih Mahisa Anengah, dan  pejabat yang lain.

Saat penyerbuan terjadi, Prabu Kertanegara sedang menjalankan ritual upacara Tantra Bhirawa, dimana dia minum minuman keras dan berpesta pora hingga mabuk. Dalam hatinya, dia merasa sudah mencapai tingkat kesempurnaan jiwa dan raga sebagai upaya persiapan menghadapi musuh besarnya yaitu Kubilai Khan.

Pada akhirnya Pasukan Mongol memang datang ke Tanah Jawa, tetapi mereka tidak pernah bertemu dan berhadapan dengan Prabu Kertanegara dan pasukannya. Entah apa yang terjadi jika takdir mempertemukan Prabu Kertanegara dan Kaisar Kubilai Khan dalam pertempuran kemudian keduanya terlibat dalam pertarungan seperti saat Ken Angrok berhadapan Dandang Gendis.

Keduanya sama-sama sakti mandraguna, memiliki latar belakang penganut Tantra, dan menguasai ilmu Tantra Bhirawa yang dahsyat. Sulit dibayangkan hasilnya siapa yang lebih digdaya apabila terlibat bitotama dalam palagan.

Ada sebuah kisah, Bahwa saat menyerbu ke Jawa, Kaisar Kubilai Khan ikut dalam pertempuran, dan gugur dengan  kepala terpenggal. Kemudian mayatnya yang tanpa kepala tersebut dibawa pulang kembali ke Mongol dan dimakamkan di tempat tersembunyi, berita kematiannya pun dirahasiakan. (nanang)