Surabaya, (pawartajatim.com) – Gerhana Matahari Hibrida yang juga terjadi di Surabaya membuat pengurus Muhamadiyah Surabaya melakukan pengamatan secara bersama-sama dengan menggunakan layar monitor, terkait munculnya gerhana, Kamis (20/4).

Pengamatan yang dilakukan juga dijelaskan terkait fenomena Gerhana Matahahari Hibrida yang sedang terjadi. Selain melakukan pengamatan, pengurus Muhammadiyah Surabaya juga melakukan Sholat Gerhana di kantor Muhamadiyah Surabaya.

Selain itu, Muhammadiyah Surabaya juga secara serentak melakukan Sholat Gerhana di 100 lebih masjid di Surabaya yang dikelola oleh Muhammadiyah. “Selain melakukan pengamatan, Muhamadiyah Surabaya juga melakukan Sholat Gerhana Matahari bersama para pengurus. Bahkan seluruh masjid di Surabaya dibawah naungan Muhammadiyah, juga menggelar Sholat Gerhana secara serentak dan bersama-sama,” kata Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digital Muhamadiyah Surabaya, Andi Hariyadi.

Pengurus Muhamadiyah Surabaya juga memberikan himbauan pada seluruh masjid muhamadiyah di Surabaya. sebanyak 100 masjid agar melaksanakan Sholat Gerhana Matahari sesuai dengan anjuran nabi.

Sementara itu, Muhammadiyah Surabaya juga telah memastikan melakukan Hari Raya Idul Fitri pada Jum’at (21/4) sesuai dengan hasil hisab wujudul hilal, lantaran hilal sudah nampak 1,70 derajat. Muhammadiyah Surabaya juga akan melakukan Sholat Id di 101 titik yang tersebar diberbagai daerah di Surabaya.

Sholat Id rencananya akan digelar di Masjid Muhammadiyah di kawasan Jalan Genteng, Kenjeran, Mulyorejo hingga Semampir dan diikuti ribuan warga Muhammadiyah di Surabaya. Dalam menentukan satu syawal, Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal atau menghitung dengan menggunakan ilmu falak.

“Ada 101 titik lokasi di berbagai masjid yang dibawah naungan Muhammadiyah, dijadikan lokasi shalat idul fitri,” ungkap Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, Catur Anang. Meski begitu Muhammadiyah Surabaya menghimbau agar warga Muhammadiyah tetap menjaga toleransi pada masyarakat lain yang belum melakukan hari raya, serta tidak melakukan open house terlebih dahulu atau menunggu masyarakat lain untuk melakukan hari raya. (reds)