Surabaya, (pawartajatim.com) – Sosok Chef De Partie (CDP) Hotel Gunawangsa Manyar ini, pembawaannya sederhana namun bersahaja. Syufi, namanya singkat dan sederhana. Dibalik pembawaannya yang sederhana, namun bersahaja tersimpan gagasan besar sebagaimana layaknya pencapaian yang diinginkan oleh sebagian besar orang Madura. Menjadi seorang juragan besi tua.
Yaaa ….., sebagai putra keturunan Madura, Syufi memiliki etos pekerja keras dan mampu menganalisa setiap persoalan secara cermat. Pria yang memiliki leluhur dari Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Madura ini lahir di Surabaya, 22 Desember 1990, tepat perayaan Hari Ibu.
Karena itu sangat wajar sekali jika dia sangat dekat dengan sosok ibunya. Syufi kerap kali membantu ibunya memasak di dapur. Karena sering membantu orang tuanya tersebut, Syufi yang awalnya tidak tahu betapa sulit dan panjangnya proses memasak. Akhirnya dia menjadi mengerti bahwa memasak memang sulit.
“Saat itu, saya hanya bisa memasak masakan rumahan. Yaitu, sayur sop dan sayur asem saja,” kata CDP Hotel Gunawangsa Manyar, Syufi, kepada pawartajatim.com, di Surabaya Rabu (9/10/2024). Kedekatan Syufi, kepada sosok ibunya, juga berlanjut kepada ibu mertuanya.
Baginya, ibu mertua tidak jauh beda dengan ibunya sendiri. Karena itu, pria berwajah manis ini kerep bercanda dengan ibu mertuanya. Suatu ketika, ibu mertuanya datang membawa buah papaya. Spontan, Syufi yang tidak suka buah tersebut, bertanya kepada ibu mertuanya tersebut.
“Siapa yang pelihara burung, kok bawa pepaya ? Kontan saja ibu dari istrinya itu tersenyum kecut dan kemudian tertawa. Setelah lulus dari SDN Tembok Dukuh, Syufi melanjutkan di SMP Barunawati, kemudian meneruskan sekolah SMK Negeri 7 Pawiyatan Jurusan Listrik, dan berhasil lulus tahun 2010.
Kemudian bekerja di Hypermart Pakuwon City bagian Bakery. Karena kinerjanya bagus, dia kemudian diperbantukan di Kendari Sulawesi dan Bali. Sambil bekerja di tempat tersebut, dia melanjutkan kuliah di Sekolah Hotel Surabaya (SHS) Jurusan Boga di Jl Joyoboyo Surabaya.
Pada 2015 dia mulai bekerja di Hotel, dan hotel pertama tempat meniti karir adalah Hotel Gunawangsa. Tetapi pada 2020 dia memilih resign dan pindah ke Hotel Novotel Samator, lanjut Swiss-BelInn Manyar, disana hanya dijalani selama 3 bulan saja.
Kemudian balik lagi ke Hotel Gunawangsa Manyar. Karirnya tersebut berjalan hingga hari ini. Dari hotel ini lah Syufi, berhasil meraih jabatan CDP. Chef Syufi yang membawahi banyak staff ini, menguasai masakan Indonesian, Chinese, Japanese, Western food, serta pastry, dan bakery.

Pada saat Iftar Ramadhan, Chef Syufi, selalu merencanakan secara cermat. Dia berkoordinasi dengan departemen terkait untuk menyiapkan program buka puasa tersebut. Mulai dari menentukan tema, menyusun menu yang disukai tamu.
Baik Indonesian, Chinese, Arabian seperti kebuli, briani, dan mandhi. “Alhamdulillah ramadhan tahun ini bisa mencapai 300 persen reservasi. dari kapasitas ruangan yang tersedia,” jelas warga Tembok Dukuh ini.
Setiap hari Chef Syufi harus mengatur lalu lintas breakfast, lunch dan dinner bagi tamu Orchid Resto. Baik yang stay di hotel maupun yang sekedar melakukan jamuan makan disana.
“Menu makanan dirotasi setiap seminggu sekali. Nasi goreng buto ijo dan pizza dengan topping coklat toblerone, atau keju adalah menu favorit disini,” ungkap pecinta kuliner nasi bebek, dan western Beef Welington ini.
Menurut Chef Syufi, masakan yang susah dibuat adalah Japanese food, karena prosesnya ribet dan bahan yang digunakan harus fresh dan hiegenis. Hal ini berbeda dengan pendapat kebanyakan chef yang menganggap bahwa Indonesian food adalah masakan yang paling susah dibuat.
Bagi Chef Syufi, memasak itu perlu mempertimbangkan suasana hati (mood), teknik, dan jam terbang. Karena itu sebagai chef profesional, dia mempersiapkan dan mempertimbangkan dengan cermat SOP yang meliputi bahan, alat, method, ingredient, dan recipe.
Sehingga siapapun yang memasak, hasilnya tidak jauh beda, termasuk taste dan presentasinya. SPeran seorang chef sebagai quality control (Q C) sangat dipertaruhkan. Jika mood tidak baik datang menghampiri, maka Chef Syufi memilih untuk minum kopi sebagai jalan keluarnya.
Dia tidak perlu melakukan hal-hal yang ekstrem untuk mengusir rasa lemah, lelah, letih, lesu, risau dan galau yang menerpa. Namun, ada juga hal yang menyenangkan. Yaitu, ketemu teman kerja yang menyenangkan, apalagi bisa menjadi mentor yang sabar membimbingnya.Seperti Chef Taufik yaitu atasannya sekarang di Hotel Gunawangsa Manyar.
Hal yang menyedihkan, itulah yang dirasakan oleh Chef Syufi, kalau dia ketemu chef atasan yang pelit berbagi ilmu. Dan lebih menyedihkan jika dia masih juga tidak bisa mencuri ilmu dari chef atasan tersebut.
Ternyata impian terbesar dalam angan Chef Syufi bukanlah menjadi eksekutif chef, general manager, ataupun owner hotel seperti pencapaian mayoritas chef, justru dia ingin menjadi juragan pengusaha besi tua seperti halnya kebanyakan orang Madura.
“Usaha besi tua itu gampang dan tidak beresiko, Berbeda dengan jual makanan, jika tidak laku jadi basi,” pungkas Chef Syufi. (nanang)