
Banyuwangi,(pawartajatim.com)– Warga suku Osing di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi memiliki kue khas yang disantap sembari menikmati kopi. Namanya, kue klemben. Kue tradisional ini memiliki rasa gurih memikat. Dijamin membuat ketagihan.
Kue klemben menjadi hiasan pokok meja tamu warga Kemiren. Warga setempat juga menyebutkan bolu kuwuk. Konon, jajanan ini sudah ada sejak zaman Belanda. Bahannya tepung, diramu dengan bumbu mirip biskuit.
Menjadi kue tradisional, klemben banyak dibuat warga Desa Kemiren. Proses pembuatannya bertahan dengan cara tradisional. Pemanasan menggunakan api dari tungku tanah liat.
Salah satu perajin klemben yang bertahan adalah Rebaiyah (60), warga Dusun Krajan, Desa Kemiren Kecamatan Glagah. Wanita lanjut usia ini membuat kue klemben di dapur rumahnya. Alat ovennya tradisional, dari tanah liat.
Meski begitu, rasa kuenya tak kalah gurih. Saat dicicipi, kulit luarnya terasa krispi. Namun, dalamnya sangat lembut. Manisnya juga pas. Pemanisnya menggunakan gula aren. Rasanya benar-benar khas, menggoda.
Rebaiyah mulai menjalani pembuatan kue klemben sejak tahun 2000 an. Setiap harinya, dia membuat sekitar 2 sampai 5 kilogram kue klemben. Seluruhnya pesanan dari pelanggan.
“Alhamdulillah. Pesanan tambah banyak terutama saat menghadapi momen hari besar. Tiap minggu rutin kami jual di pasar kuliner Desa Kemiren,” ujar Rebaiyah.
Kue klemben banyak diburu ketika Lebaran. Warga menggunakannya sebagai hidangan hari raya. Selain gula aren, kue klemben mulai divariasi beragam rasa. Seperti, keningar, vanili dan jahe. Proses pembuatan yang masih tradisional membuat klemben Kemiren memiliki rasa khas.
Melestarikan kuliner tradisional, Pemkab Banyuwangi memberikan pendampingan pengurusan PIRT ke perajin. Sehingga, produk buatannya bisa dikirim ke luar daerah dengan aman. Klemben Banyuwangi banyak dikirim ke Bali, Kalimantan dan sejumlah kota besar. (udi)