Surabaya, (pawartajatim.com) – Ratusan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya diterjunkan untuk membantu mempercepat penurunan angka stunting di Kota Surabaya. Mereka akan mendampingi Kader Surabaya Hebat (KSH) untuk mencapai target zero stunting, hingga Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tercapai hingga akhir 2023.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, didampingi jajaran pimpinan, kepala dinas, dan kepala rumah sakit pemkot Surabaya mendatangi langsung sivitas akademika FK Unair Surabaya untuk berdiskusi mengenai peningkatan pelayanan kesehatan di Kota Surabaya, terutama penanganan stunting.
Eri Cahyadi mengatakan, Pemerintah Kota Surabaya meminta bantuan ratusan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya untuk diterjunkan ke kampung-kampung atau RW mendampingi Kader Surabaya Hebat (KSH).
“Tidak hanya dokter muda, semua mahasiswa kedokteran FK Unair akan dikerahkan untuk membantu Surabaya dengan target zero stunting,” kata Eri, Rabu (9/8). Menurut Eri, Tujuan diterjunkannya ratusan mahasiswa kedokteran tersebut, tidak hanya mengurangi kasus stunting yang sudah ada.
Namun, juga mencegah stunting sejak dalam kandungan. Seperti persiapan-persiapan pelayanan USG, pendampingan dokter anak, pendampingan mahasiswa home visit, termasuk di Balai RW.
“Termasuk mendampingi orang tua yang memiliki riwayat darah tinggi dan berpotensi melahirkan bayi stunting,” jelasnya. Dekan FK Unair, Prof Dr Budi Santoso, mengatakan, ada 315 mahasiswa per angkatan.
Jika digabung dengan universitas lain menjadi seribuan yang bisa diterjunkan di puskesmas-puskesmas untuk membantu mengatasi stunting di Kota Surabaya, serta memudahkan untuk menjangkau keluarga stunting yang kurang mendapat pendampingan.
Prof Budi menyebut, selama ini mahasiswa kedokteran FK Unair sudah membantu Pemkot Surabaya. Begitu juga dengan FK di universitas lain yang ada di Surabaya. Namun, diakuinya kegiatan tersebut berjalan sendiri-sendiri.
“Sehingga, diharapkan semua FK di universitas yang ada di Surabaya dapat bersinergi, dan selanjutnya para mahasiswa akan bisa mengontrol keluhan warga sebelum hingga sesudah melahirkan,” terang Prof Bus, sapaan akrab Budi Santoso.
Dari data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada 2021 angka stunting di Surabaya mencapai 25,8 persen. Namun, pada 2022 turun menjadi 4,8 persen atau terendah se-Indonesia. Ditargetkan pada 17 Agustus 2023 atau bertepatan dengan HUT Ke-78 Republik Indonesia, Kota Surabaya bisa zero stunting atau merdeka dari stunting dan kemiskinan. (red)