Banyuwangi (pawartajatim.com)- Aksi yang dilakukan sekelompok pemuda di Desa Siliragung, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi benar-benar kreatif. Mereka mengolah sampah sungai menjadi pupuk organik. Dampaknya, mendatangkan ekonomi. Sungai juga bebas sampah.
Berawal dari rasa kesal dengan banyaknya sampah ketika memancing di sungai, para pemuda ini membuat ide kreatif. Mereka masing-masing, Dirga, Sundariyanto, Kacung, Kamdan, Ari, dan Taukhid. Sehari, mereka bisa mengolah sampah hingga setengah ton. Tak hanya dari sungai, mereka juga memanfaatkan sampah organik dari sisa warung, penjual buah dan sisa hajatan warga.
Beragam sampah ini dimanfaatkan untuk budidaya maggot. Jenis insekta ini sangat menyukai sampah sebagai makanan. Binatang ini juga bernilai tinggi. Harganya tembus Rp7.000 per kilogram. Jika dikeringkan, harganya bisa naik 10 kali lipat. “ Jadi, sampah-sampah ini yang awalnya tidak berguna, kami olah menjadi bernilai,” kata Sundariyanto, belum lama ini.
Permintaan maggot terbilang tinggi. Terutama yang kering. Pihaknya rutin memasok ke Bali dan Bandung. Usaha mengolah sampah ini dimulai tahun 2018. Kebetulan, lokasi pengolahannya berdekatan dengan sungai. “ Kami semua ini hobi memancing. Setiap memancing selalu banyak sampah. Akhirnya, muncul ide untuk mengolahnya,” jelasnya.
Seiring waktu, aksi mengolah sampah ini mulai melibatkan warga. Mereka diajak memilah sampah sejak dari rumah. Kini, warga di dua desa, Desa Pesanggaran dan Siliragung sudah kompak ikut memilah sampah. Organik dan nonorganik dibedakan dalam kantong berbeda.
Tak hanya maggot, pengolahan sampah ini sudah merambah produksi pupuk organik. Salah satunya, pupuk organic cair (POC), pupuk organik padat (POP), dan insektisida pengusir lalat buah. Pupuk dari budidaya maggot ini cukup digandrungi petani. Sebulan, mereka bisa melayani pesanan petani hingga 100 liter. “ Untuk pemasaran pupuk organic kami utamakan petani lokal,”tutupnya. (udi)