Surabaya, (pawartajatim.com) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, mengungkap, Jawa Timur/Jatim kekurangan dokter spesialis. Dari jumlah 10.994 dokter spesialis yang dibutuhkan, saat ini provinsi yang memiliki 38/kab/kota ini hanya memiliki 6.675 dokter spesialis atau masih ada kekurangan 4.300 dokter spesialis.

Penegasan itu dikemukakan, Menkes Budi Gunadi Sadikin, saat memberikan sambutan secara daring di acara Penandatanganan Kerja Sama Fakultas Kedokteran (FK) Unair dengan Pemkab Gresik dan Pemkab Sumenep tentang Penyediaan Beasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bagi putra daerah.

Menkes mengapresiasi adanya kerja sama tersebut sebagai upaya untuk penyediaan dokter spesialis, Kamis (30/3). Ia mengatakan, secara nasional produksi dokter spesialis hanya 2.700 hingga 2.900 orang per tahun. Namun, khusus Jatim saja kurangnya 4.300 dokter spesialis.

Menkes mengungkapkan, jika masih ada 22 RSUD di Jatim yang belum memiliki tujuh dokter spesialis standar. Sehingga, pihaknya meminta untuk mengejar agar bisa memenuhi kebutuhan dokter spesialis.

“Saya tidak enak menyebutkan nama kota/kabupatennya. Jadi, masih ada 22 RSUD di Jatim yang belum memiliki tujuh dokter spesialis standar. Sehingga, ini harus segera kita kejar supaya bisa memenuhi kebutuhan dokter spesialis,” ungkapnya.

Menurut Menkes, pasca Covid-19 mereda, keberadaan dokter spesialis semakin dibutuhkan untuk segera menangani lima penyakit yang paling dialami masyarakat Indonesia. Yakni, stroke, jantung, kanker, ginjal dan pneumonia.

Sehingga, dokter-dokter spesialis penyakit tersebut harus dipastikan ada di setiap kota atau kabupaten. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menyediakan 2.500 beasiswa pendidikan dokter spesialis.

Menkes meminta para kepala daerah agar dapat memanfaatkan program ini dengan sebaik-baiknya. “Jadi mereka (para kepala daerah) hanya tinggal mengajukan nama (calon dokter spesialis) untuk kami seleksi. Dengan adanya beasiswa ini para kepala daerah tak perlu lagi memikirkan dana untuk menyekolahkan putra daerahnya sebagai dokter spesialis,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan FK Unair, Prof Dr dr Budi Santoso, SpOG (K) mengatakan kerja sama dengan Pemkab Gresik dan Pemkab Sumenep ini untuk pemenuhan kebutuhan dokter spesialis di daerah kepulauan yang masuk dalam wilayah dua pemkab itu.

Apalagi, kedua kabupaten ini memiliki daerah kepulauan terpencil. Di daerah kepulauan masih belum memiliki dokter spesialis. ‘’Kami meminta pemkab untuk hadir dan turun tangan dengan menyekolahkan dokter-dokter asal daerah setempat ke beberapa program dokter spesialis di FK Unair. Setelah mereka lulus ditempatkan di daerah kepulauan itu. Sehingga, pelayanan kesehatan bisa merata,” terangnya.

Ada lima pendidikan kedokteran spesialis dasar yang akan ditempuh putra daerah dari dua kabupaten tersebut. Yakni, bedah, obgyn, penyakit dalam, anak, dan anastesi. (red)