Surabaya, (pawartajatim.com) – Lima siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Dewi Sartika Surabaya menemukan teknologi penangkal logam berat. Penemuan tersebut mendapat pengakuan internasional dengan raihan medali emas pada perlombaan karya ilmiah internasional di ajang Youth International Science Fair (YISF) pada 8-12 Maret 2023 di Denpasar, Bali, dengan mengalahkan ratusan siswa dari 30 negara.

Melalui judul riset Effect of E2C4P Effervescent Water Hyacinth (Eichhornia Crassipess) Againts Wastewater Pollutant in Surabaya, lima siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Dewi Sartika Surabaya berhasil meraih medali emas di kategori Environmental Technology kelas Sekolah Dasar dalam ajang Youth International Science Fair (YISF) yang digelar di Denpasar, Bali, pada 8-12 Maret 2023.

Mereka adalah Rahmatun Nazilah, Alaudin Al Athor, Salsabila Ivana Putri, Muhammad Rifki, dan Nadia Selomitha, dengan Guru Pendamping, Kholifah Wahidatun. Menurut Ketua Tim, Rahmatun Nazilah, riset tersebut dilatarbelakangi dari kegelisahan soal banyaknya kandungan logam berat di sumber air di lingkungan tempat tinggal mereka di kawasan Tambak Wedi Surabaya.

“Kami lantas mencari solusi dan menemukan eceng gondok yang ternyata bisa mengurangi kadar logam berat. Namun, tanaman enceng gondok dalam jumlah besar juga berdampak buruk, karena bisa menutup permukaan air yang menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air hingga pendangkalan. Akhirnya, kami mencari ide untuk mengemas enceng gondok menjadi bentuk lain yang lebih praktis,” kata Rahmatun Nazilah dan tim, saat ditemui Kamis (16/3).

Awalnya, mereka mengemas enceng gondok kering seperti teh celup. Namun, penerapannya dinilai kurang efektif. Sebab, membutuhkan energi besar untuk bisa menyelupkan dalam air. Idenya, dengan menggunakan effervescent, kandungan logam berat dalam air akan diikat.

“Dalam prototype tersebut, 1 butir effervescent berukuran 5 gram dapat mengurangi 85 persen logam berat dalam 1 liter air. Penggunannya praktis. Effervescent ini cukup dilempar ke dalam air yang mengandung logam. Sehingga, kandungan timbal akan langsung diikat”, jelasnya.

Dalam mengembangkan inovasinya, mereka di bawah bimbingan Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah (YISB). Tim Ahli dari YISB, Budi Santoso, mengaku kagum dan bangga dengan inovasi yang digagas para siswa tersebut.

“Mengajak anak SD untuk melahirkan karya ilmiah bukanlah hal yang mudah. Sebab, seringkali anak SD kurang mendapatkan dukungan dari sekitar. Riset tersebut justru dihasilkan dari sebuah masalah yang ditemui di sekitar siswa. Yakni, dengan menemukan kandungan logam yang tinggi”, terangnya.

Selain mengirimkan Tim MI Dewi Sartika Surabaya, YISB juga mengirimkan dua tim binaan lainnya pada ajang yang sama. Yakni, Tim Papua Bisa asal Manokwari dan Tim Papua Bisa asal Sorong. Tim Papua Bisa asal Manokwari mendapatkan medali emas dalam kategori Environmental Technology kelas SMA.

Sedangkan, Tim Papua Bisa asal Sorong mendapatkan medali perak di kategori Innovation Technology kelas SMA. Youth International Science Fair (YISF) tahun ini diikuti 30 negara. Di antaranya, berasal dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, India, Singapura, Korea Selatan, Italia, dan Tiongkok. (red)