Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Krisis pangan mengancam dunia, tak terkecuali Indonesia. Menghadapi fenomena ini, Provinsi Jawa Timur (Jatim) menyiapkan sedikitnya 10 juta ton padi di tahun 2022. Produksi panen ini diharapkan bisa menyumbang pasokan pangan nasional.
Target ini bukan tanpa alasan. Provinsi Jatim dikenal sebagai lumbung padi nasional. Selain padi, komoditi pangan lain juga ditargetkan bisa meroket. Sehingga, kebutuhan pangan di Jatim bisa surplus, lalu memasok kebutuhan daerah lain.
“Dunia dilanda tiga krisis, pangan, energi dan keuangan. Untuk pangan, kami menyiapkan hasil panen 10 juta ton padi di tahun ini,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, usai sarasehan bersama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, Selasa (23/8/2022) siang.
Terkait krisis ini, pihaknya mengajak semuanya waspada. Khusus pangan, menurut Khofifah, produksi padi di Jatim terus meningkat, bahkan surplus. Tahun 2021, produksi padi mencapai 9,89 juta ton. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 8,9 juta ton.
Hingga Juli 2022, produksi padi Jatim sudah tembus Rp 8,3 juta ton. Pihaknya juga menggenjot produksi komoditi pangan lainnya. Seperti, baru-baru ini membuat food estate mangga di Gresik. Harapannyam kabupaten di Jatim bisa menumbuhkan pusat pangan berbasis lokal.
“Kami merencanakan Banyuwangi bisa membuat food estate manggis,” jelas Khofifah. Selain pangan, pihaknya mendorong mahasiswa ikut mengembangkan energi terbarukan. Sebab, energi berbasis fosil juga dalam ancaman krisis.
Pihaknya terus melakukan inventarisir berbagai potensi untuk energi terbarukan. “Energi kita juga dalam ancaman krisis. Harus ada inovasi mengubah energi berbasis air atau udara,” tutupnya. (udi)