Jakarta, (pawartajatim.com) – Pemilik komoditas rumput laut dapat dorongan PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI yang berperan sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang untuk memanfaatkan Sistem Resi Gudang/SRG. Khususnya dalam kaitan kegiatan ekspor.
Hal ini dalam upaya mitigasi harga internasional, serta terkait pergerakan kurs US dollar yang menjadi mata uang acuan dalam ekspor. Dengan memanfaatkan SRG, petani rumput laut dapat memasukkan komoditas rumput laut yang mereka miliki saat kurs US Dollar turun, dan melakukan ekspor pada saat kurs US Dollar membaik.
Selain itu, pemanfaatan Resi Gudang/RG bisa dilakukan saat terjadi pergerakan harga di pasar internasional yang menurun. Penegasan itu dikemukakan, Direktur Utama/Dirut PT KBI, Fajar Wibhiyadi, melalui keterangan tertulisnya Jum’at (19/11).
Menurut dia, Indonesia yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, jadi salah satu negara eksportir terbesar untuk komoditas rumput terutama rumput laut kering. Nilai rumput laut di pasar dunia saat ini USD 2,9 miliar dengan hampir 807.000 ton. Indonesia berkontribusi sebesar 195.000 ton dengan pangsa 25 persen.
Data dari Biro Pusat Statistik menunjukkan, selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional juga tercatat tumbuh rata-rata sebesar 6,53 persen per tahun. Untuk Tahun 2020 volume ekspor tercatat sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD 279,58 juta.
Salah satu pengelola gudang dan eksportir rumput laut yang memanfaatkan SRG adalah PT Rahmat Bahari Indonesia yang berada di Bali. Sepanjang tahun 2021, PT Rahmat Bahari Indonesia telah meregistrasikan rumput laut sebanyak 4 Resi Gudang, dengan volume 63.592 kg senilai Rp 508.736.000.
Pimpinan PT Rahmat Bahari Indonesia/RBI, Ni Nyoman Ribek, mengatakan, dengan adanya SRG ini, tentunya dapat menjaga ketersediaan barang yang ada. Sehingga dapat menawarkan kepada buyer-buyer di luar negeri.
Selain itu, dengan adanya SRG ini, dapat memitigasi fluktuasi harga serta rate kurs yang ada. Fajar, menambahkan, apa yang dilakukan PT RBI ini tentunya bisa menjadi kisah sukses pemanfaatan RG di Indonesia, khususnya dari sisi eksportir.
Harapannya, kata dia, para eksportir komoditas rumput laut di berbagai wilayah di Indonesia mulai memanfaatkan SRG. Selain dalam upaya menjaga stabilitas harga, RG dapat dimanfaatkan pemilik komoditas untuk mendapatkan pembiayaan bagi kelangsungan usahanya.
Dalam catatan Pusat Registrasi Resi Gudang, sepanjang 2021 sampai Oktober, tercatat 19 RG dari komoditas rumput laut yang diregistrasi dalam volume 1,4 ton, dengan nilai barang Rp 32,7 miliar dan nilai pembiayaan sebesar Rp 21,9 miliar.
Sedangkan sepanjang 2020, komoditas rumput laut yang teregistrasi sebanyak 10 RG dengan volume 743,5 kg senilai Rp 15 miliar, dan nilai pembiayaan sebesar Rp 2,3 miliar. “Terkait pemanfaatan RG, KBI sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait manfaat dari instrumen ini.
Selain kepada para pemilik komoditas, kami juga melakukan sosialisasi kepada berbagai pihak termasuk ke sektor perbankan dan lembaga pembiayaan lain. Dari sisi bisnis pembiayaan, Sistem Resi Gudang merupakan salah satu potensi yang bisa dikembangkan.
Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan SRG. ‘’Kami optimis, seiring dengan peningkatan pemanfaatan Resi Gudang, sisi pembiayaan juga akan mengalami peningkatan,” ungkap Fajar. (bw)