Surabaya, (pawartajatim com) – Perjalanan panjang karir Head Chef Hotel Maxone Tidar. Chef Lukman Hakim, adalah seorang Head Chef yang memiliki karir yang panjang di Kota Surabaya. Pria kelahiran Surabaya, 22 April 1989 ini benar-benar meniti karir dari bawah, sebelum mencapai jabatan Head Chef di Hotel Maxone Tidar seperti sekarang ini.
Setelah menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di Surabaya, dan melanjutkan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sidoarjo. Pada Tahun 2002, Lukman menjalani Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan magang sebagai Electrical Controller di Hotel Hyatt Surabaya.
Disana dia bertugas mengurusi genset, broiler, dan lampu. Karena ballroom tempat di bekerja selalu ramai acara, Lukman muda pun mencoba mengajukan lamaran kerja dan mengisi formulir di hotel tersebut.
Dia diterima sebagai tenaga casual dan bertugas sebagai Steward dan kemudian menjadi tenaga Food and Beverage (F&B). “Pada saat dinas,saya menukarkan kartu pelajar saya dengan id card dan linen seragam,” kata Head Chef Hotel Maxone Tidar, Chef Lukman Hakim, kepada pawartajatim.com di Surabaya Senin (25/11).
Di hotel tersebut, menganut sistem lima hari kerja dan dua hari libur.Tidak terasa pekerjaan itu sudah dijalani selama dua setengah tahun lamanya. Walaupun tugas utamanya adalah mencuci piring dan membersihkan grease trap, dia juga diajarkan cara memotong sayur, buah, hingga memotong ayam, daging, dan buntut sapi menggunakan mesin potong.
“Bahkan saya juga bisa memotong ikan salmon dengan baik dan benar,” ungkap chef penyuka menu penyetan ini. Walaupun pernah ditempatkan di Pastry, Lukman akhirnya dikembalikan ke main kitchen. Bahkan dia juga diajari cara menggoreng yang benar.
Setelah dari Hotel Hyatt, karir Lukman berlanjut ke Nine Corner, Twin, Country Heritage, Restoran Carnaby, Grand Mercure Malang, Hotel Khas, dan di Hotel Maxone Tidar hingga sekarang. Saat menjalankan aktifitas sebagai seorang Head Chef di Hotel Maxone Tidar, Chef Lukman pernah menangani event wedding dengan kapasitas 450 undangan.

Bukan hanya itu, saat Ramadhan tahun ini, Chef Lukman bekerja keras mencurahkan segenap perhatian dan kemampuannya untuk mensukseskan program Iftar atau buka puasa yang diadakan oleh hotelnya. Dia menyiapkan menu istimewa, khusus untuk ditampilkan di acara tersebut, seperti green curry, Japanese curry, nasi goreng Jawa, ayam goreng gurame pesmol, kolak, kurma, dan buah segar.
“Saya mendesain target pasar anak muda, sehingga target revenue dan tema pun mengikuti selera anak muda,” tutur chef dengan menu andalan asem-asem bandeng dan sambal ikan pe ini. Salah satu hal yang membahagiakan bagi Chef Lukman saat menjalankan profesi yang bergelut dengan wajan adalah pernah melayani beberapa sosok penting di tanah air, baik pejabat maupun artis kenamaan.
Diantaranya, adalah Walikota Surabaya Eri Cahyadi, Wakil Gubernur Saefullah Yusuf, Presiden BJ Habibie, dan artis Anggie Drive. “Gus Ipul waktu itu minta menu T- boon steak dan pasta pustanela, sedangkan Pak Habibie orangnya humble dan sederhana, beliau menyukai Soto Lamongan dan minum air putih,” tutur ayah tiga anak yang menyukai olahraga sepak bola ini.
Sedangkan hal yang paling menyedihkan bagi chef yang membawahi enam orang staf ini adalah saat ada anak buah yang tidak loyal, berkhianat demi keuntungan diri sendiri. Sebagai seorang chef yang handal dan berpengalaman, Chef Lukman juga mengakui bahwa tangan setiap orang menghasilkan masakan berbeda.
Walaupun bahan, alat, method, recipe, dan ingrident yang digunakan sama, taste yang dihasilkan bisa berbeda. Karena itu tugas seorang Head Chef menjadi quality control atas hasil kerja chef bawahan menjadi sangat penting. Siapapun yang memasak taste dan presentasi masakan yang yang dihasilkan, tidak boleh melenceng jauh dari Standard of Procedure (SOP).
Menurut chef yang tidak menyukai menu ayam tim obat dan olahan penyu ini, masakan yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pengerjaan adalah masakan Chinese, utamanya menu bebek Peking.
Hal ini karena butuh konsentrasi tinggi dalam proses pembuatannya. “Sebenarnya masakan Indonesia juga memiliki kesulitan yang terbilang tinggi, karena belum ada resep pakemnya. Contohnya rawon, ada yang menggunakan laos, dan ada yang tidak,” jelas chef penyuka rawon, lontong kikil, lontong kupang, lontong balap, kare kambing, dan ayam betutu ini.

Chef juga seorang manusia, yang kerap didatangi oleh mood atau perasaan tidak baik seperti lelah, letih, lemas, dan jenuh. Jika perasaan seperti itu datang menerjang, maka yang dilakukan oleh chef penyuka musik rock Gun N Roses, Nirvana, dan Bon Jovi ini adalah berhenti sejenak dari aktifitas memasak untuk istirahat, minum kopi, dan merokok hingga perasaan kembali nyaman untuk bekerja
Chef Lukman, tidak pernah melupakan jasa para chef seniornya yang telah membimbingnya hingga sukses menjadi seorang Head Chef di Hotel Maxone Tidar, sebuah properti kenamaan dibawah Artotel group.
Diantaranya, Chef Fatchul Muis Fajri, seniornya sewaktu di Nine Resto, yang kini berkarir di Hotel Ibis Arcadia Jl.Rajawali Surabaya. Impian terbesar dalam diri Chef Lukman adalah ingin memiliki usaha kuliner dan kos-kosan. Hal itu sebagai pengisi kesibukan di hari tua dan sekaligus investasi. (nanang)