Surabaya, (pawartajatim.com) – Ada pepatah yang berbunyi ‘Lakukan apa yang kamu sukai, dan sukai apa yang kamu lakukan’. Tampaknya pepatah ini juga mengilhami hidup Head Chef Artotel Town Square & Residences Surabaya, Catur Suyanto.
Sejak kelas 5 SD, saat bersekolah di SDN Ujung Surabaya, arek Suroboyo yang tinggal di kampung Hang Tuah ini sudah ada ketertarikan kepada dunia masak memasak. Setiap hari dia membantu ibunya yang berjualan nasi di depan rumahnya.
Mulai dari belanja, hingga mengupas bumbu dan sayur. Aktifitas tersebut dilakukan hingga dia bersekolah di SMP Negeri 11 dan SMA Hang Tuah Surabaya.
“Saat itu saya sudah bisa masak sayur sop, sayur asem, sayur lodeh, dan aneka tumis,” kata Head Chef Artotel Town Square & Residences, Catur Suyanto, kepada pawartajatim.com di Surabaya Rabu (14/8/2024).
Kemudian Catur melanjutkan pendidikan di Puskhom yang gedungnya ada di World Trade Center WTC Surabaya. Kemudian magang di Hotel Sheraton selama 6 bulan, dan mulai 1997 bekerja si Resto Podo Trisno sebagai Cook Helper di Oso Wilangon.
Dari sana, lalu bekerja di restoran cepat saji AW selama 6 bulan, lanjut di Cafe Calvados, kemudian di Hotel Tretes Raya, dan di Meteor jalan Arjuno,. Setelah Meteor tempatnya bekerja tutup operasional, Catur bekerja di Puri Matahari di Jalan HR Muhammad sebagai Chef De Party (CDP) selama 4 tahun, pada Tahun 2008 pindah kerja di Hotel Java Paragon selama 4 tahun.
Kemudian bergeser di Hotel TS Suites selama 2014-2018 sebagai Co Chef. Kemudian Catur buka usaha sendiri di bidang catering Chinese food. kemudian tutup karena ada pandemi covid 19. Catur kembali bekerja di hotel.
Yaitu Fave Rungkut dan kemudian kembali lagi ke Artotel Town Square & Residences sampai sekarang. Di Artotel Town Square Residences, tempatnya bekerja saat ini, Catur bekerja dengan penuh loyalitas dan dedikasi, segala perhatian dicurahkan untuk mempersembahkan menu terbaik.
Berbagai event telah dilalui dan dikerjakan secara paripurna. Mulai dari event Ramadhan, Imlek, Festival Jazz, HUT RI, dan masih banyak lagi. Tercatat banyak menu yang sudah dikeluarkan oleh Chef Catur. Di event HUT RI saja ada menu bebek betutu, ayam goreng bacem, nasi campur Bali, sup iga konro, tengkleng dan lain-lain.
Sedangkan pada acara Iftar Ramadhan yang lalu, Chef Catur juga menyiapkan menu Nusantara, karena keyakinannya banyak tamu lokal yang hadir pada event tersebut. Sesuai hasil report dan review tahun sebelumnya, makanan Nusantara yang lezat dan beragam, serta minuman Indonesia yang manis, dingin, dan menyegarkan menjadi pilihan utama mereka.
Chef Catur memang sangat menyukai masakan Nusantara, apalagi masakan rumahan. Bagi Laki-laki yang tinggal di Wonosari kawasan Surabaya Utara ini, masakan Indonesia sangat banyak variasinya, dari basic bumbu merah saja bisa dibuat banyak olahan masakan, belum lagi dari basic bumbu dasar putih.

“Menurut saya masakan yang sulit dibuat adalah masakan arab, dan negara yang bisa dibuat patokan adalah Turki,” jelas laki-laki laki yang idak suka roti kukus ini. Menu ayam crispy apple lemon adalah menu ciptaan Chef Catur. Masakan ini lokal, walaupun namanya internasional
Menurut Chef Catur, memang ada perbedaan di setiap hotel terkait recipe, ingredient, dan presentasi dalam setiap menghadirkan menu. Sebagai insan yang religius, Chef Catur juga meyakini adanya rahasia Ilahi.
Termasuk mengakui bahwa setiap tangan orang berbeda, dan menghasilkan taste/ rasa yang berbeda pula. Untuk mensiasati hal tersebut adalah dengan membuat recipe dan method. Biasanya di resto, kebanyakan recipe dibuat sendiri oleh owner.
Didikan chef senior dirasakan sangat keras, pernah suatu hari dia membuat setup meja untuk sebuah acara, karena tidak sesuai dengan kemauan seniornya, maka tatanan tersebut dibongkar oleh chef atasan.
Padahal Chef Catur mengerjakannya sejak jam 03.00 dini hari. Itulah pelajaran berharga yang diingat oleh Chef Catur hingga sekarang. Emosi yang tidak menentu pasti dialami oleh setiap orang, dan apabila mood jelek datang saat bekerja, maka Chef Catur memilih menyendiri sejenak di office, kemudian melihat YouTube sampai moodnya kembali membaik.
“Hal yang menyenangkan bagi saya adalah bisa belajar bersama dengan teman teman Indonesian Chef Associate (ICA),” ungkap Chef kelahiran 20 Mei 1976 ini. Impian terbesar Chef Catur adalah ingin punya usaha sendiri di bidang kuliner, dunia yang digelutinya selama ini.
Dia ingin punya warung dan usaha catering. Dan Chef Catur lebih senang dengan usaha made of order atau langsung masak saat ada pesanan. Seperti chinese food, ketimbang rumah makan Padang atau Warung Tegal yang siap saji. (nanang)











