Head Chef Favehotel Rungkut Surabaya, Chef Andri Bandiyono, sedang melakukan aktifitas memasak. (foto/ist)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Banyak jalan menuju Roma, demikian  bunyi pepatah lama berbicara tentang lika-liku perjalanan karir seseorang. Begitu juga yang dialami oleh Head Chef  Favehotel Rungkut Surabaya, Chef Andri Bandiyono.

Pria kelahiran Surabaya, 15 Februari 1984 ini, meniti karir pekerjaan yang cukup panjang setelah lulus dari SMU Hangtuah 1 Surabaya tahun 2002. Karir bermula saat kerja di toko sparepart sepeda motor, kemudian 2004 Andri Bandiyono mulai berusaha bekerja di bidang kuliner.

Dia melamar di Papa Ron’s Pizza di PTC dan diterima, di tempat tersebut dia belajar membuat salad, pasta, hingga pizza. Kemudian pindah kerja ke Aico Japanese Buffet   di daerah Ngesong, dan 2006 pindah lagi  di bunker Zin, lanjut 2009 pindah di Honey dip, Takigawa Japanese Restoran.

Setelah itu, di De Kastil Citraland, Nineti Nine Distro and Terrace,  dan masuk di Hotel Quest, dengan  jabatan Chef de Party,  dan kemudian pindah ke Fave Rungkut menjadi Head Chef. “Keluarga dekat saya ada yang kerja di bidang kuliner, yaitu Chef Amung, beliau  merupakan chef senior di Hotel Elmi,” kata Head Chef Favehotel Rungkut, Surabaya, Andri Bandiyono, kepada pawartajatim.com, Jum’at (6/9/2024).

Secara pribadi, masakan yang disukai oleh Chef Andri Bandiyono adalah masakan Indonesia berbumbu kental seperti rendang, Bali, Krengsengan, dan ayam bakar. Sedangkan makanan yang tidak disukai adalah masakan berbahan dasar jerohan, baik jerohan sapi, kambing, maupun ayam.

Spaghetti juga merupakan menu favorit buatan Chef Andri Bandiyono. (foto/ist))

Menurut Chef asli Simo Jawara ini, masakan yang  mudah dibuat adalah western food, utamanya menu Italia, seperti pizza dan salad. Sedangkan masakan yang sulit dibuat, adalah Indonesian food. Karena setiap daerah memiliki karakter  dan citarasa sendiri.

“Ada perbedaan  penggunaan bumbu di masing-masing daerah, seperti jeruk andaliman di Sumatera Utara dan petis di Jawa Timur/Jatim,” jelas penyuka musik cadas ini. Walaupun meyakini bahwa setiap tangan orang berbeda, sehingga menghasilkan taste masakan  yang berbeda, walaupun  bahan, alat, recipe, method, dan ingredient sama.

Chef tetap menjadi sosok yang bertanggung jawab untuk mengendalikan.Sehingga apabila membuat menu nasi goreng, hasilnya tidak boleh jauh berbeda, baik taste maupun presentasinya. Sebagai manusia biasa,  juga tidak luput dari rasa lelah, letih, dan perasaan tidak nyaman, Jika  mood/perasaan tidak baik itu datang, dia memilih berhenti sejenak untuk menghela nafas, terus ngopi dan merokok, hingga perasaan kembali normal.

“Hal yang menyenangkan bagi saya adalah saat kitchen ramai karena  banyak order masuk, tetapi teman-teman tetap semangat dan gembira,” ungkap penggemar olahraga badminton ini. Hal yang menyedihkan dan terus teringat hingga sekarang adalah saat dia sedang membuat Inventori, tetapi  dia diminta chef atasan untuk mengerjakan yang lain.

Hingga  dia terpaksa harus berdebat sesaat dengan pimpinannya tersebut dalam rapat evaluasi. Namun akhirnya berakhir manis, saling memahami dan saling memaafkan. Prestasi yang membanggakan bagi Chef Andri Bandiyono, adalah  berhasil meraih juara 1 Archipelago food competion,  mewakili Hotel Quest, tempat dia bekerja saat itu.

Saat kecil Chef Andri Bandiyono, tidak makan nasi, baru saat SMA dia mulai makan nasi. Oleh ibunya, dia didoakan supaya bisa punya restoran sendiri, supaya bisa makan nasi setiap hari. Dan itulah cita-cita terbesar Chef Andri Bandiyono dalam hidupnya. (nanang)