Chef Agung Prabowo, Bercita-cita Jadi TNI, Malah Pernah Diperiksa Tentara

Surabaya, (pawartajatim.com) – Nasib manusia memang tak menentu. Ada yang berhasil meraih impian yang diharapkan, namun ada juga yang berhasil, tetapi tidak sesuai dengan cita-cita yang diinginkan. Demikian yang dialami Head Chef Hotel Pop! Stasiun Kota, Agung Prabowo. Lelaki kelahiran Tulungagung, 28 Oktober 1988 ini awalnya bercita-cita menjadi seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Setelah lulus SMK di Tulungagung, dia mendaftar sebagai aparatur sipil negara/ASN di Basarnas Jatim, Juanda. Namun, gagal saat penentuan akhir. Terus pindah ke Banjarmasin mencoba tes jadi Bintara TNI – AD, seperti yang dicita-citakan selama ini.

Tetapi gagal saat ujian psikotes. Kemudian Agung Prabowo melanjutkan studi dan kuliah Diploma Tiga Pariwisata Universitas Lambung Mangkurat. Harapannya, bisa kerja di hotel, sebagaimana kerabatnya yang juga kerja di hotel.

Kuliah tersebut dilakukannya pada sore hari, karena paginya harus bekerja di kafe Barito. Kemudian berlanjut kerja di Hotel Aquarius Palangkaraya, bagian cool kitchen dan dipercaya untuk membuat salad, dan rujak buah.

“Karena keenakan kerja, saya kuliah hanya bertahan setahun saja dan kemudian berhenti,” kata Head Chef Pop! Stasiun Kota, Agung Prabowo, kepada pawartajatim.com di Surabaya Minggu (1/9/2024).

Di Hotel Aquarius, Chef Agung Prabowo bertemu dengan mentornya, Chef Hanen Hasbullah, yang lama bekerja di Jerman dan Italia. Saat itu, General Manager di Hotel Aquarius adalah Gianto.

Sop Buntut Balado, salah satu menu favorit tamu, buatan Chef Agung Prabowo. (foto/nanang)

Karir Chef Agung Prabowo, terus melesat naik. Dia ditarik di main kitchen menangani pembuatan main menu (menu utama) dan ala carte. Kemudian untuk menambah pengalaman, dia pindah ke hotel bintang empat.

Yaitu, Hotel Mahapaka Sanur, Bali. Chef Agung menjabat sebagai Senior Cook. Di hotel tersebut, Chef Agung, bertanggung jawab memegang masakan western food. Seperti chicken golden blow, beef steak, spaghetti, lasagna, dan pizza.

Setelah dua tahun di Mahapaka Bali, pada 2014, dia balik ke Aquarius sampai 2016. Jabatannya saat itu Comis Dua. Kemudian 2016, Chef Agung Prabowo pindah ke Hotel Tugu Malang. Di sana dia  belajar masakan China.

Seperti capcay, fuyunghai, tami, dimsum, dan gohyong, dibimbing langsung oleh Sifu/Chef Galuh. “Terakhir saya melamar di Pop! Stasiun kota, hingga sekarang,” jelas Chef penikmat nasi pecel, nasi goreng dan capcay ini.

Bagi Chef Agung, Western food adalah masakan  yang paling susah dibuat, karena bahan-bahan  yang digunakan mahal harganya, sehingga kalau terjadi kesalahan dan gagal akan terjadi kerugian. Hal ini yang menyebabkan Chef Agung kurang cocok terhadap Western food.

Tetapi bagi chef yang tidak suka kerupuk, karena alasan tidak mengenyangkan dan hanya memenuhi piring ini, sesungguhnya masakan Kontinental dan Middle East justru jauh lebih sulit pembuatannya.

Masakan bebek peking, mie panjang umur dan salad Yang Tse, adalah masakan khusus buatan Chef Agung Prabowo yang menjadi menu signature di Hotel Tugu Malang. Chef Agung Prabowo, juga dikenal sebagai master food curving, dia pernah merebut juara ke dua food curving pada kejuaraan se-Kalimantan Tengah.

Bukan hanya itu, saat di Palangkaraya,  KalimantanTengah, Chef Agung pernah didaulat untuk melayani tamu Verry  Verry Important Person (VVIP) yaitu rombongan Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono.

Dia memasak menu ikan lais kuah kuning dan sayur tumis pakis untuk presiden dan rombongan. “Selama memasak, saya diperiksa ketat oleh petugas tentara dari Paspampres, termasuk hasil masakan saya juga diperiksa di laboratorium khusus,” ungkap anggota Indonesian Chef Associate ini.

Kunci keberhasilan dalam memasak masakan apapun menurut Chef Agung Prabowo adalah jam terbang seorang chef, sehingga dia bisa mengandalkan  naluri dan menguasai emosi. Sebagai manusia biasa, Chef Agung juga sering mengalami lelah, letih, serta kedatangan mood yang tidak baik.

Pernah suatu ketika saat GM tempatnya bekerja minta dibuatkan wedang jahe, tetapi justru yang disajikan adalah wedang kencur. Kontan saja dikomplain oleh atasannya itu. Ada juga peristiwa yang terus diingat hingga sekarang.

Yaitu, saat set up menu di pagi hari, karena kelelahan, Chef Agung ketiduran di sofa pojok, dan kemudian dibangunkan oleh Executive Assisten Manager. Bagi ayah dua anak ini, selain ingin pergi ke Dubai Uni Emirat Arab, setelah berhasil keliling Kalimantan, Bali, dan Jawa, cita-cita terbesar nya adalah bisa berbagi ilmu kepada para chef yuniornya. (nanang)