Cegah Kekeringan, Petani Banyuwangi Gelar Ritual Unik Jelang Tanam

Ritual bubak bumi di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi/ist
Ritual bubak bumi di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi/ist

Banyuwangi,(pawartajatim.com)-  Petani di Banyuwangi memiliki tradisi unik menjelang musim tanam. Agar hasil panen melimpah dan mencegah kekeringan, mereka menggelar tradisi bubak bumi. Ritual ini dilakukan dengan tumpengan dan doa bersama, dilanjutkan tebar sesaji di Bendungan Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari.

Tradisi turun temurun ini bertujuan meminta berkah kepada penguasa alam agar pasokan air tetap melimpah. Karena itu, ritual bubak bumi dilakukan di atas bendungan. Ritual diikuti para petani dari 8 kecamatan yang menggantungkan pasokan air dari Dam Karangdoro. Diantaranya, Tegalsari, Bangorejo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Purwoharjo, Muncar, dan  Tegaldlimo.

Usai berdoa, para petani menaburkan bunga ke bawah bendungan. Tradisi ini sekaligus mengawali musim tanam secara serempak. “ Tradisi ini sekaligus mengenang berdirinya Dam peninggalan Belanda tersebut,” kata Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah, Selasa (1/11/2022) siang.

Dam Karangdoro menyimpan sejarah panjang dunia pertanian di Banyuwangi. Sekitar tahun 1929, Dam ini rusak parah diterjang banjir bandang. Peristiwa ini dikenal dengan tragedi mblabur Senin legi. Sejak itulah, tradisi Bubak Bumi digelar hari Senin.
Bendungan yang dialiri sungai Kalibaru ini juga berkaitan sejarah berdirinya Desa Karangdoro, sekitar tahun 1921. Tahun ini tepat dibangunnya Dam Karangdoro oleh Belanda. Namun, arsiteknya warga pribumi, Sutedjo.
Bandungan ini mampu mengaliri areal persawahan seluas 16.165 hektar. Pengelolaan bendungan dilakukan bersama Dinas PU Pengairan Banyuwangi bersama Balai Besar Brantas dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PUSDA) wilayah Sungai Sampean Baru. “ Bendungan ini menjadi kewenangan pemerintah pusat,” kata Kepala Dinas PU Pengairan, Guntur Priambodo. (udi)