
Banyuwangi (pawartajatim.com)- Turun ke desa, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani tak sekadar menyapa warga. Orang nomor satu di Bumi Blambangan ini juga getol mendongkrak potensi ekonomi. Salah satunya, ketika berkunjung ke kampung jamur di Dusun Glowong, Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran. Melibatkan warga, kampung ini menjadi produsen jamur dalam jumlah besar.
Hebatnya lagi, jamur yang dihasilkan juga diolah menjadi bahan makanan. Sehingga, hasilnya bertambah. Potensi ini dikatakan Bupati Ipuk sebagai peluang bisnis baru. “Ada sate jamur yang empuk dan legit. Ini bisa menjadi peluang bisnis baru dengan menjual produk olahan. Jadi tidak hanya menjual jamur segar,” kata Bupati Ipuk disela Ngantor di Desa (Bunga Desa) Wringinagung, Rabu (28/2/2024).
Tak hanya sate, aneka makanan berbahan jamur juga dihasilkan warga. Salah satunya, risoles jamur. Meski berbahan jamur, rasa yang dihasilkan tak kalah enak. Namun, harganya terjangkau. Bupati meminta dinas terkait memberikan pendampingan. Mulai pengolahan hingga pemasaran. Sehingga, menjadi peluang baru bagi warga. “Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan kelompok ini dengan melibatkan banyak orang dalam proses budidaya jamur,” tegas Ipuk.
Kampung jamur di Dusun Glowong mulai dirintis sejak 2006 silam. Berawal dari satu orang, usaha ini terus berkembang hingga melibatkan banyak warga. “Waktu itu masih sendiri-sendiri, sehingga banyak yang kesulitan pemasaran. Akhirnya pada 2016 dibentuk kelompok budidaya, untuk mengayomi para pembudidaya,” kata Ketua Kelompok Tani (Poktan) Jamur Mekarjaya, Sugianto.
Dengan berkelompok, budidaya jamur menjadi lebih mudah. Seluruh panen jamur dikumpulkan dan dibeli oleh kelompok. Produksi jamur kebanyakan dikirim ke Bali, Jember, dan Surabaya. “Pasarnya sudah jelas setiap hari. Hasil dari seluruh panen jamur dari pembudidaya selalu habis terjual,” jelasnya.
Setiap hari kelompok ini menghasilkan sekitar 500 – 700 kilogram jamur. Jika dirata-rata, per bulan tembus sekitar 15 ton jamur. Dari jumlah ini, omzet pendapatkan mencapai Rp360 juta per bulan. Saat ini terdapat 45 kepala keluarga yang menekuni budidaya jamur ini. Satu titik budidaya bisa menampung 6-8 orang pekerja. “ Jadi, total ada sekitar 300 pekerja yang menekuni budi daya jamur ini,” tutup Sugianto. (udi)










