Surabaya, (pawartajatim.com) – Anak SD rubah sampah jadi berkah. Sampah memang selalu dianggap barang tidak berguna, identik dengan barang kotor dan berbau busuk. Ya…., memang begitulah sampah. Tetapi ditangan seorang bocah SD, sampah bisa membawa berkah tersendiri.
Adalah Mayfrina Aisyahrani, siswi SDN Kebonsari 1 Surabaya, telah mengimplementasikan inovasinya dengan mengolah limbah sampah organik menjadi eco enzyme. “Eco enzyme itu sendiri adalah cairan alami multifungsi hasil fermentasi dari bahan organik dengan molase atau gula merah dan dicampur dengan air,” kata Mayfirina kepada Pawarta Jatim, beberapa hari yang lalu.
Ide cemerlang tersebut muncul dari keresahannya ketika melihat limbah sampah kulit buah yang dihasilkan dari pedagang rujak buah dan buah kupas. Setiap hari Mayfrina menyoroti bahwa tiap pedagang membuang limbah kulit buah mencapai hingga 30 kg bahkan lebih, berangkat dari sini lah Mayfrina tergerak untuk melaksanakan proyek eco enzyme ini.
“Dengan adanya proyek ini, saya harap bisa mengurangi sampah organik dan saya juga berharap bisa mengajak masyarakat agar bisa mengolah sampah organik di rumah masing-masing.” jelas siswi yang baru duduk di bangku kelas 5 SD tersebut.
Saat ini dia telah melakukan sosialisasi kepada lebih dari 10 ribu audience untuk mengolah limbah sampah di rumah, sebagian besar para ibu rumah tangga dan teman-teman serta guru di sekolah.
Cara membuat eco enzyme itu cukup mudah, dengan mencampurkan limbah sampah organik (sepuluh bagian) dengan molase atau gula merah ( satubagian) dan air (tiga bagian) setelah itu didiamkan agar mengalami proses fermentasi selama tiga bulan.

Setelah kurang lebih tiga bulan dapat di panen dan eco enzyme murni siap untuk langsung digunakan. Tak berhenti disitu saja, setiap orang juga dapat mengolah hasil panen tersebut menjadi fermentasi turunannya seperti eco wash atau sabun cuci tangan, sabun mandi, bedak dingin, parfum linen dan masih banyak lagi.
Ampas hasil fermentasi juga dapat dimanfaatkan kembali sebagai bantal herbal.Oleh karena inilah eco enzyme dapat disebut sebagai cairan ajaib. Hal ini didasari dengan mengolah limbah sampah yang kebanyakan masyarakat cenderung untuk membuangnya, oleh Mayfrina disulap menjadi produk Kesehatan dan memiliki sejuta manfaat.
Saat ini Mayfrina telah memperluas inovasinya dengan mengembangkan proyeknya yang ia sebut dengan “ma-n-cing” yaitu maggot dan cacing. Hal ini ia awali dengan mengembang-biakkan 60 kg maggot dan 10,25 kg cacing sebagai ujung tombaknya.
“Untuk mengembangkan proyek itu saya melakukan kolaborasi bersama dengan beberapa Lembaga. Diantaranya Eco enzyme Nusantara, Koloni Magot Surabaya, dan Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan, Proklim Lestari Kelurahan Kebonsari, dan Proklim Lestari RW 03 Jambangan,” pungkas finalis lingkungan ini.
Gadis kecil ini sangat senang dan bersyukur dapat melakukan kolaborasi dengan orang-orang hebat di berbagai lembaga yang sebelumnya tidak kenal, usia muda tidak menjadi halangan baginya untuk tetap belajar dan terus belajar.
Dia mendapatkan banyak sekali ilmu dari orang-orang hebat disana, selain memiliki banyak kenalan dari berbagai latar belakang dan usia. Bersama proyeknya Mayfrina telah memiliki beberapa pedagang adopsi, warung adopsi, catering adopsi, kampung binaan, sekolah binaan, dan lahan adopsi.
Dari capaian itu ia juga berhasil mengumpulkan lebih dari 5000 kg sampah organik, 3000 kg kompos, dan menghasilkan lebih dari 3000 liter eco enzyme. (nanang)











