Bagai Ombak di Lautan, Begini Pasang Surut Karir Chef Bogi Rifanto

Surabaya, (pawartajatim.com) – Perjalanan panjang karir Executve Chef Hotel Sahid Surabaya. Bogi Rifanto, adalah Executive Chef Hotel Sahid Surabaya. Dia lahir di Surabaya 11 Oktober 1986. Menghabiskan masa kecil dan menempuh pendidikan juga di Surabaya. SD di SDN Gunungsari 4, SMPN 24, SMA Kartika 53.

Bapaknya bernama Misdi, seorang anggota TNI AD yang berdinas di Batalyon Infanteri 507, sekarang Batalyon 500 Raider. Ibunya seorang pedagang nasi di perumahan Batalyon 500 Raider, tempat Bogi dan keluarganya tinggal.

Sejak kecil Bogi bercita-cita menjadi seorang tentara seperti halnya ayahnya, setiap hari sambil membantu ibunya memotong sayur dan memasak di warung, Bogi kerap kali melihat tentara baris-berbaris atau upacara, baginya penampilan mereka begitu gagah dan berwibawa.

Setelah lulus sekolah Bogi berusaha mewujudkan impiannya dan mendaftar masuk tentara, tetapi rupanya nasib baik belum berpihak kepadanya, dia gagal saat tes masuk TNI AD. Kemudian Bogi banting setir, mencoba peruntungan dengan melamar kerja di restoran, dunia yang juga sejak kecil disukainya, yaitu masak – memasak.

Awalnya bekerja di Restoran Golden Thai di Ruko Mega Galaxy sebagai tenaga cleaning service, sembari melaksanakan tugas sehari-hari seperti cuci piring, dan buang sampah. Bogi juga belajar memasak dan membuat garnish.

Kemudian saat ada staf kitchen yang keluar kerja, Bogi ditarik menjadi seorang Helper. Disana dia bekerja selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Karirnya berlanjut di restoran Western food bernama Fish & Co di Surabaya Town Square (Sutos) menjadi seorang steward, setelah 1 tahun 6 bulan bekerja, jabatannya naik menjadi helper.

Saat ada perekrutan formasi baru, Bogi ditest membuat menu dan juga ditest tulis, dia berhasil lulus dengan pencapaian nilai 80 prosen Jabatannya naik menjadi First Cook atau Line Cook. Disana dia bekerja lima tahun lamanya.

“Keputusan berhenti bekerja diambil, karena restoran tersebut tutup, sebab penyandang dana di Jakarta tidak bisa lagi mensuport, sehingga masuh harus mencari investor baru,” kata Executive Chef Hotel Sahid, Bogi Rifanto, kepada pawartajatim.com, di Surabaya Sabtu (18/1).

Walaupun sempat membantu di cabang baru yang berada di Tunjungan Plaza, akhirnya Chef Bogi terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pindah kerja di Supresso Coffee yang berada di Lendmark menjadi Second Cook yang bertugas membuat menu Western food selama dua tahun lamanya.

Supresso Coffee dengan  konsep sentra kitchen, dengan tiga outlet yaitu Lendmark, Graha Family, dan Sutos  akhirnya menutup dua outletnya, dan Chef Bogi kembali terkena PHK. Pada 2016, berkat hubungan baik dengan Chef Sambal, maka Chef Bogi ditarik menjadi First Cook, menggantikan Chef Joni, dibawah manajemen Chef Hari, Chef Bogi bekerja selama tiga tahun lamanya.

Di Hotel Midtown Residence, Chef Bogi bekerja bersama Chef Agus, yang sekarang menjabat sebagai Executve Chef di Hotel Aria Sentra. Chef Bogi menjabat First Cook yang menangani Western cuisine sampai Tahun 2021. Chef Bogi kembali mengalami PHK karena adanya pandemi covid 19.

“Untuk menyambung hidup dan mengatasi kebutuhan sehari -hari saya harus rela bekerja sebagai casual di Hotel Double Tree,” jelas ayah dua anak ini. Roda karir Chef Bogi kembali berputar. Dia diterima bekerja di Tokyo Belly Restoran, sebuah properti milik PT Ismaya yang bergerak di bidang penjualan Japanese food.

Nasi goreng Sahid yang legendaris. (foto/nanang)

Seperti ramen, outletnya ada di tiga tempat yaitu Tunjungan Plaza, Pakuwon Trade Centre, dan Pakuwon City. Setelah bekerja selama tiga tahun lamanya, pada 2023, Chef Bogi kembali mengalami PHK karena target perusahaan tidak tercapai.

Setelah melaksanakan tour of duty di berbagai tempat, dengan segala suka duka yang dialaminya, maka pada Februari 2024, Chef Bogi diterima bekerja di Hotel Sahid Surabaya. Berbekal kemampuan leadership, pengalaman, serta kemampuan memasak terutama Western food, seperti  pasta, salad, pizza, beef grill, saus mushroom.

Chef Bogi yang menjabat sebagai Executve Chef memimpin para anak buahnya mengelola dua restoran yang dimiliki oleh Hotel Sahid Jl. Sumatera No 1-15 Surabaya, yaitu Candi Bentar Coffee Shop dan Bekisar Lounge.

Walaupun piawai dalam memasak Western food, Chef Bogi mengaku  ada kesulitan dan kerumitan tersendiri dalam memasak menu Indonesian food, contohnya menu rawon. Hal ini disebabkan banyak rempah yang digunakan dan disembunyikan, selain banyak versi rawon yang memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing.

Sebagai insan yang spiritual dan religius, Chef Bogi mengakui bahwa setiap tangan manusia memiliki yang berbeda, sehingga menghasilkan citarasa yang berbeda. Pada saat stafnya membuat nasi goreng, walaupun bahan, recipe, ingrident, alat, dan SOP nya sama, bisa jadi nasi goreng yang dihasilkan bisa jadi berbeda.

Karena itu, selaku Executive Chef yang bertanggung jawab sebagai quality control, dia selalu menekankan perhatian pada faktor teknis dan non teknis seperti panasnya suhu kompor dan faktor mood (perasaan).

“Membuat nasi goreng, aromanya harus keluar,” ungkap chef berpostur tinggi besar penyuka sayur lodeh ini. Sebagai chef profesional, Chef Bogi harus tetap bekerja , walaupun mood tidak baik datang. Karena itu dia kerap memutar  handphonenya dan mendengarkan musik bergenre slow rock seperti Gun N Rose, dan Aero Smith.

Hal yang menyenangkan bagi Chef Bogi adalah saat dia mendapatkan ilmu baru tentang memasak dari chef seniornya, juga mendapat jaringan pertemanan saat berada di tempat kerja. Chef senior yang dianggap sebagai tutor, antara lain Chef Agus, seniornya saat di Hotel Midtown Residence, dan Chef Badrus, seniornya di Hotel Double Tree.

Bukan hanya itu yang membanggakan, ada juga kesempatan untuk melayani public figur atau orang terkenal. Antara lain, saat bekerja di Fish & Co Mall Taman Anggrek Jakarta, Chef Bogi pernah berkesempatan melayani Anies Baswedan, saat itu dia memasak fish and chip  ikan dori yang ber grade A atau kwalitas super premium, beserta kentang goreng.

Namun, Chef Bogi juga pernah mengalami peristiwa menyedihkan namun  tetap berharga  untuk diingat sampai sekarang, yaitu didamprat dan digebrak meja oleh chef seniornya karena piring yang digunakan  belum tersedia, serta masakan soto buatannya kurang salah satu bumbu rempah.

Pada saat Ramadhan 2025, Chef Bogi menuangkan segala kemampuan terbaiknya untuk mensukseskan acara Iftar Ramadhan yang digelar di Hotel Sahid, tempat dia mengabdi. Masakan khas Timur Tengah seperti nasi kebuli, nasi biryani, swarna, dan kebab disajikan dengan lezat dan lengkap. Hasilnya reservasi disana mencapai 90 prosen.

“Untuk momen Tahun Baru 2025, saya menyiapkan musik DJ dan menu French fries di Bekisar, sedangkan di Candi Bentar, saya hadirkan nuansa klasik tempo dulu, dengan makanan  Buffett dan stall,” tutur pria yang bercita-cita mempunyai depot mie, nasi goreng, capcay, dan bakso ini.

Selain fokus pada pelaksanaan event, Chef Bogi juga terus berinovasi dengan mengeluarkan menu fusion/ perpaduan. Antara lain pasta aglio olic  spaghetti di mix dengan daging rendang, kemudian sushi isi kecombrang. Menu ini menjadi pendamping menu favorit disana, yaitu nasi goreng Sahid

Bagi pria yang juga aktif di Perhimpunan Chef Profesional Indonesia (PCPI) ini, memiliki keyakinan bahwa ilmu tidak boleh disimpan sendiri, tetapi harus dibagi kepada orang lain, terutama bawahan. Supaya bawahan juga bisa merasakan berada di posisi diatas seperti saat ini. (nanang)