Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Kasus tuberculosis (TBC) di Banyuwangi memprihantinkan. Meski berbahaya, penyakit menular ini ternyata bisa diobati. Namun, dibutuhkan penanganan panjang untuk menyembuhkannya. Salah satu ciri penderita TBC adalah batuk menahun. Lalu, nafsu makannya menurun. Sehingga, kekuatan tubuhnya berkurang.
“Ciri dasar penderita TBC adalah batuk berturut-turut selama 2 minggu. Ada juga gejala sesak nafas. Jika ada gejala seperti ini, harus diwaspadai,” kata dr Dedy Sasongko,Sp.P, pengurus Koalisi Organisasi Profesi Indonesia (KOPI) TBC disela ‘Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan TBC’ di Banyuwangi, Jumat (15/12/2023).
Dokter Spesialis Paru RSUD Blambangan, Banyuwangi ini menjelaskan serangan TBC tak mengenal batasan umur. Penderita TBC pada anak-anak biasanya batuknya tak dominan. Namun, berat badannya tidak tumbuh normal.
Kasus TBC kerap kali muncul bersamaan kasus stunting pada bayi. Penyakit TBC ini rata-rata menyebar akibat penularan. Bahkan, satu penderita TBC bisa menular hingga 15 orang dalam setahun. “Penularannya memang butuh waktu lama. Biasanya, lewat batuk atau bersin,” jelasnya.
Jika ditemukan gejala TBC, langkah yang diambil adalah pemeriksaan klinis. Mulai pemeriksaan dahak hingga rontgen. Jika dipastikan positif TBC, harus dilakukan pengobatan maraton.
“Pengobatan TBC tidak bisa instan. Bagi penderita juga wajib mengubah pola hidup sehat,” tambahnya. Pihaknya mengajak masyarakat bisa melakukan pola hidup sehat. Salah satunya, membuat ventilasi udara di rumah.
Sehingga, virus TBC bisa mati dengan sinar matahari. Pihaknya sepakat penanganan TBC di Banyuwangi dilakukan secara komprehensif. Artinya, melibatkan berbagai pihak. Canggihnya ilmu kedokteran membuat penanganan TBC bisa lebih baik.
Bahkan, pemerintah menyiapkan layanan kesehatan gratis bagi penderita TBC. Mulai dari Puskesmas hingga Rumah Sakit. “Jadi, layanan TBC semuanya gratis, termasuk obat-obatannya,” kata Sub Koordinator Fungsional Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Ahmad Yunus Setiawan disela ‘Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan TBC’ di Banyuwangi, Jumat (15/12/2023).
Kasus tuberculosis (TBC) di Banyuwangi yang ditemukan tahun 2018 mencapai 23.490 orang. Jumlah ini bertambah di tahun 2023 yang mencapai 18.565 orang. Terkait kondisi ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi bersama sejumlah pihak dan aktivis mengusulkan pembentukan Satgas Penanganan TBC.
Dari sekian kasus yang muncul, sebanyak 2.829 orang dinyatakan positif TBC. Meski terbilang besar, kasus TBC di Banyuwangi belum masuk kategori darurat. Meski begitu, kewaspadaan wajib dilakukan. Sebab, kasus TBC ibarat fenomena gunung es.
Kasus yang ditemukan jauh dari kenyataan riil di lapangan. Kasus TBC di Banyuwangi juga menular pada anak-anak. Jumlahnya mencapai 357 anak. Dari jumlah ini, sebanyak 331 anak berhasil disembuhkan. Penderita TBC juga didominasi penderita gula.
Totalnya, 317 orang. Lalu, 91 penderita TBC adalah pasien HIV/AIDS. Sementara, angka penyembuhan TBC di Banyuwangi mencapai 87.94 persen. Jadi, TBC ini bisa disembuhkan. Inilah pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk penanganan TBC.
”Kami juga menggandeng kalangan aktivis, salah satunya dari Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) Banyuwangi,” jelasnya. (udi)











