Anak Natuna yang Tugas Belajar di PPNS Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Surabaya, (pawartajatim.com) – Potret mahasiswa Natuna di Surabaya. Kabupaten Natuna yang terletak di Kepulauan Natuna Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu kepulauan terluar yang berbatasan langsung dengan negara Jiran Malaysia. Beberapa waktu yang lalu, nama Natuna sempat menjadi topik hangat pembicaraan nasional, regional, maupun internasional.

Hal ini disebabkan karena Tiongkok mengklaim wilayah yang berada di Laut Tiongkok Selatan sebagai bagian wilayahnya. Hal ini memancing reaksi keras dari negara Negara Asean yang wilayahnya diklaim secara sepihak oleh negara pimpinan Xi Jingping tersebut.

Antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam. Presiden Indonesia, Joko Widodo, segera mengambil langkah cepat dan tepat untuk mengatasi klaim sepihak tersebut. Laut Tiongkok Selatan yang berada di sekitar Kepulauan Natuna diganti namanya menjadi Laut Natuna Utara.

Lantas bagaimana dengan kehidupan masyarakat di Kepulauan Natuna yang dikelilingi dengan laut dan tanaman kelapa tersebut? Adalah Herry Andi Darmawan, seorang  anak muda kelahiran Natuna, tepatnya di Air Ranggas, Cemaga, Bunguran Selatan, Natuna, pada 10 Desember 2002.

Ayahnya berasal dari Bugis. Sedangkan ibunya Natuna. Keluarganya adalah seorang pengusaha eksportir kelapa, dan arang, menceritakan kehidupan di Natuna dan di Surabaya.

Herry adalah mahasiswa PPNS Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, jurusan teknik dan kontruksi kapal, yang  dikirim tugas belajar oleh Pemerintah Kabupaten Natuna. Setelah sekian lama tinggal dan menetap di Kota Pahlawan, dia melihat kehebatan Surabaya dengan kemajuan infrastrukturnya.

Jio Simon Muhammad. (foto/nanang)

Kondisinya sangat berbeda jauh dengan tempat asalnya di Natuna. Disini banyak gedung tinggi, jalan luas dan Panjang. Sarana transportasi umum bis tayo, angkutan kota, dan kendaraan online tersedia setiap saat.

“Saya kagum dengan Surabaya, gedung tinggi ada dimana-mana,” kata Mahasiswa asal Natuna, Herry Andi Dharmawan, kepada pawartajatim.com, di Surabaya Minggu (9/7). Walaupun awalnya mengalami kendala komunikasi Bahasa. Namun, hal tersebut tidak lagi menjadi masalah berarti.

Bagi dia, orang Surabaya, terutama teman kuliahnya adalah sosok yang ramah,  mudah bergaul, dan toleransi tinggi. Selain itu, juga pergaulan di warung kopi/ warkop. Di sana dia merasa gampang lebih akrab.

“Surabaya adalah kota yang warkop nya ada tersebar di mana-mana. Ibaratnya kota seribu warkop” jelas penikmat kopi tubruk ini. Herry sangat menyukai makanan Surabaya. Seperti ayam geprek, penyetan, lontong mie.

Selain rasanya enak, harganya lebih murah di kampungnya. Hal ini juga dibenarkan kawan kuliah Herry, Jio Simon Muhammad, mahasiswa jurusan permesinan kapal asal Pulau Midai.

Sebuah pulau kecil di Kepulauan Natuna yang luasnya kurang lebih 18 Km2, lebarnya laksana daun kelor. Menurut pria yang memiliki bapak asli Natuna dan Ibu dari negara Filipina, serta memiliki  usaha ekspor hasil laut ini, bahwa Surabaya kotanya maju, banyak gedung tinggi, dan warganya ramah. (nanang)