Surabaya, (pawartajatim.com) – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama International Organization for Migration Perserikatan Bangsa-Bangsa (IOM PBB) melakukan pengabdian masyarakat (pengmas) berskala internasional. Pengabdian tersebut seiring dengan deklarasi PBB dalam resolusi 72/130 terkait peringatan The International Day of Living Together in Peace atau Hari Hidup Berdampingan dalam Damai, yang jatuh pada 16 Mei.

“Ini ke-bhinneka-annya tinggi dan nahdliyin-banget, makanya FK (Fakultas Kedokteran) Unusa harus menjadi bagian dari hari internasional ini,” kata Head of Advisory Board Pengmas Internasional Unusa, dr Dwikoryanto, Kamis (11/5).

Menurut dia, mitra strategis yang terlibat dalam kegiatan ini adalah IOM, organisasi di bawah PBB yang berfokus di bidang migrasi. “Ibarat berkah Allah turun melalui IOM, sehingga kami belajar banyak tentang isu migran internasional,” jelasnya.

Dekan FK Unusa, Dr dr Handayani, menyebut, jika kegiatan ini akan menambah exposure untuk aktif berkontribusi dalam pergaulan internasional. Para profesional nusantara, lanjut Handayani, tidak boleh berdiam diri.

Harus proaktif mengambil peran. Termasuk para dokter dan mahasiswa FK Unusa. Selain itu, agar para pengungsi itu punya kesempatan belajar sesuatu yang baru dan tumbuh bersama-sama kita. Kerja sama FK Unusa dengan IOM ini telah dimulai pada Desember 2022.

‘’Bulan Desember dianggap istimewa karena ada Hari Ibu pada 22 Desember dan Hari Migran Internasional pada 18 Desember. FK Unusa mengundang IOM untuk bicara tentang migran, tapi concern-nya ke kesehatan mental perempuan,” terangnya.

Sedangkan, Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) FK Unusa, dr Hafid Algristian, mengatakan bahwa caregiver atau perawat lansia banyak dibutuhkan keberadaannya di hampir seluruh keluarga di Indonesia maupun di luar negeri.

Secara tidak langsung, Caregiver memiliki peran penting dalam kehidupan lansia. Merawat lansia merupakan pekerjaan yang mulia, karena perawat secara langsung terlibat dalam kehidupan lansia untuk membantunya hidup lebih baik.

Terlebih lagi pada lansia dengan kondisi kesehatan tertentu yang menggantungkan hidupnya dari bantuan orang lain. Selain dibutuhkan kesabaran, ilmu pengetahuan dalam merawat dan mengasuh lansia menjadi hal utama yang harus dimiliki.

‘’Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang matang, perawat akan lebih percaya diri dalam memberikan perawatan atau tindakan kepada pasien,” pungkasnya. (red)