Surabaya, (pawartajatim.com) – Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali melakukan pengabdian masyarakat kepulauan. Kali ini, RSTKA akan melakukan pelayanan kesehatan menuju Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai 10 Mei hingga 6 Desember 2023 dengan membawa 14 tenaga medis, terdiri dari dokter spesialis dan dokter umum.

Direktur RSTKA, dr Agus Harianto, mengatakan, keberangkatan RSTKA ini menjadi yang pertama di tahun ini. Dalam pelayarannya kali ini, RSTKA membawa 14 tenaga medis yang terdiri dari tujuh dokter umum, satu dokter spesialis THT, dan 6 dokter level chief atau dokter yang akan lulus dalam waktu dekat dan berhak menyandang status sebagai spesialis, atau mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tingkat akhir Unair.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan selama pengabdian bagi masyarakat kepulauan di NTT dan NTB. Antara lain, skrining atau mendeteksi dini beragam penyakit. Mulai kasus penyakit jantung bawaan (PJB) yang dinilai penting.

Karena berdasarkan data jumlahnya tujuh hingga sembilan persen dari angka kelahiran hidup setiap tahun. Operasi-operasi (terkait penyakit jantung bawaan) saat ini sudah canggih. Tapi apakah masyarakat kepulauan itu sudah menikmatinya.

‘’Makanya, misi kita adalah apapun operasi yang bisa dilakukan (RSUD Dr Soetomo) juga harus bisa dinikmati masyarakat kepulauan, karena setiap orang pulau berharga,” kata dr Agus saat melepas tim dokter RSTKA di FK Unair, Kamis (11/5).

Selain itu, upaya pencegahan dan eliminasi stunting, upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi, kegiatan-kegiatan community development dan kegiatan pelayanan kesehatan rujukan sesuai permintaan, terutama bagi masyarakat pedalaman.

Masalah stunting mendapat perhatian khusus tim dokter RSTKA, karena NTT dan NTB menjadi salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting yang cukup tinggi. Kemudian kenapa stunting? Karena, itu berkaitan dengan generasi bangsa.

Ini salah satu upaya kita untuk membantu menyelesaikan masalah stunting. NTT dan NTB masih menjadi salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting yang cukup tinggi. ‘’Kenapa kami memilih NTT dan NTB sebagai wilayah pengabdian RSTKA. Sementara, Presiden RI Joko Widodo menetapkan target harus di bawah 14 persen, sekarang masih 21 persen (se-Indonesia),” ungkapnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Prof Dr Budi Santoso, mengatakan, pada pelayanan kali ini, Tim RSTKA tidak hanya terdiri dari dokter FK Unair, namun juga melibatkan sejumlah dokter dari FK universitas lain.

Tentu semangatnya, bukan menyelesaikan seluruh masalah, tapi kita memberi contoh model institusi lain atau daerah-daerah lain agar bisa mencontoh. Kali ini dokter baru lulus fresh graduate angkatan 2014-2015 ada dari FK Unair dua orang.

‘’Sisanya dari lulusan metodis Medan, Bandung, Unisma, UNS, kita memang open recruitment,” ujar Prof Bus, sapaan akrab Prof Budi Santoso. Seperti diketahui, sejak 2018 lalu, RSTKA ini mulai berlayar dari pulau ke pulau di Indonesia.

Setelah bersandar di sebuah pulau, tim dokter melakukan pelayanan kesehatan dasar ke darat. Namun, apabila dibutuhkan tindakan operasi, pasien akan dibawa ke kapal untuk menjalani tindakan operasi. (red)