Surabaya, (pawartajatim.com) – Guru Besar Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Riyanarto Sarno, mengembangkan sistem stereotaktik untuk mendukung operasi bedah otak. Sistem ini terdiri dari dua bagian, berupa perangkat bernama BrainRY dan BrainNAV.

Prof Riyan mengatakan, serupa dengan penggunaan stereotaktik neurosurgery pada umumnya, cara kerja BrainRY adalah dengan memasang bagian localizer pada tengkorak kepala pasien saat melakukan Computed Tomography (CT) Scan.

Hasil citra CT Scan akan digabungkan dengan citra otak pasien dari hasil pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Magnetic Resonance Angiography (MRA). Kemudian, co-register atau proses penggabungan ketiga citra tersebut dilakukan menggunakan perangkat lunak BrainNAV yang menerapkan teknologi AI.

Penyatuan beberapa citra hasil pemindaian ini akan memberikan gambar struktur otak dan pembuluh darah yang lebih komprehensif. “Sehingga memudahkan dokter dalam memvisualisasikan kepala pasien sebelum melakukan operasi,” ujar Prof Riyan, Sabtu (29/4).

Prof Riyanarto Sarno. (foto/red)

Pada pelaksanaan operasi otak, lanjut Prof Riyan, BrainNAV memungkinkan dokter menentukan lokasi target yang ingin dioperasi dengan penandaan koordinat titik tersebut. Kemudian, berdasarkan koordinat tersebut, perangkat keras BrainRY dapat menyesuaikan posisi jarum operasi dengan mengarahkannya pada target anatomi otak secara akurat dan presisi dengan tingkat kesalahan maksimum sebesar 0,9 mm.

Pembuatan prototipe alat ini juga menggandeng ZENMED+ sebagai salah satu produsen alat kesehatan di Indonesia. Sedangkan BrainNAV merupakan hasil kerja sama dari tim yang terdiri dari dosen, mahasiswa S1, S2, dan S3 di ITS.

“Dua dosen Departemen Teknik Informatika ITS yakni Prof Dr Chastine Fatichah dan Kelly Rossa Sungkono SKom MKom turut menjadi sosok di balik suksesnya penelitian ini,” tambahnya. Prof Riyan, mengungkapkan bahwa beberapa fitur yang menjadi kelebihan utama dari BrainNAV.

Diantaranya, seperti 20 kali pembesaran citra untuk memberikan tindakan yang lebih presisi, kemampuan untuk menyesuaikan tingkat kecerahan gambar, dan pemodelan 3D untuk memberikan gambaran struktur otak dari berbagai sisi.

Tidak hanya itu, perangkat lunak BrainNAV juga memungkinkan proses ekspor gabungan hasil pemindaian dalam bentuk Digital Imaging and Communications in Medicine (DICOM). Selain itu juga pembacaan citra DICOM beberapa pasien secara bersamaan dalam satu perangkat, dan penentuan beberapa bagian otak seperti Anterior Commissure (AC), Posterior Commissure (PC), dan Ventral Intermediate Nucleus (VIM) dari thalamus secara otomatis.

Ia berharap, inovasi yang sedang dalam tahap uji in vitro ini dapat memberikan dukungan bagi kebutuhan bedah saraf otak di Indonesia. Selain itu, dengan harga yang lebih terjangkau akan membuahkan semakin banyaknya jumlah rumah sakit yang memiliki alat medis ini.

“Dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi, tentu harga dari alat ini akan lebih terjangkau ketimbang alat stereotaktik impor. Semoga riset ini dapat membawa kebermanfaatan bagi banyak orang sekaligus menjadi inisiator dari kemajuan industri medis di Indonesia,” harapnya. (red)