Surabaya, (pawartajatim.com) – Upaya penyelamatan atau penanganan pertama pada kecelakaan kerja (P3K), terutama saat kondisi darurat pada karyawan yang terkena serangan jantung paru, sangat penting dilakukan. Salah satunya, dengan bekal pelatihan P3K dan resusitasi jantung paru.

Sehingga, dapat menggugah kesadaran dari rekan kerja lainnya untuk membantu memberikan penanganan pertama dan meminimalisir risiko timbulnya korban jiwa. Untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya upaya penyelamatan atau penanganan pertama pada kecelakaan kerja, terutama pada kondisi darurat saat ada karyawan terkena serangan jantung paru, PT Teknindo Geosistem Unggul Surabaya, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi spesialis perbaikan tanah di Surabaya, memberikan Refreshment Training Pelatihan Penyelamatan atau Penanganan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K) dan Resusitasi Jantung Paru (RJP) kepada para karyawannya.

Manager Sisman & QHSE PT Teknindo Geosistem Unggul, Fery Firmana Santoso, mengatakan, resusitasi jantung paru menjadi salah satu hal yang penting, mengingat ke depan sebagai persiapan proyek, apabila ada salah satu risiko yang bisa menyebabkan orang terkena serangan jantung.

Sehingga, rekan kerja lainnya akan siap melakukan penanganan pertama pada orang yang terkena serangan jantung. “Bekal pelatihan P3K dan RJP ini diharapkan bisa berguna untuk keadaan darurat. Baik di kantor, di lapangan, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi sejumlah karyawan yang merupakan petugas P3K yang sudah tersertifikasi oleh Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker),” kata Fery, usai membuka acara Refreshment Training (P3K) dan Resusitasi Jantung Paru (RJP) di Surabaya, Rabu (29/3).

Sementara itu, Fatmawati, salah satu karyawan peserta pelatihan, mengaku banyak hal yang bisa dipelajari pada pelatihan P3K ini. Salah satunya, bagaimana menolong orang dengan luka gores, luka bakar, maupun patah tulang.

Sehingga, nantinya bisa diterapkan di lingkungan sekitar, serta bermanfaat bagi semua orang. “Yang pasti saya senang bisa mengikuti pelatihan ini. Saya berharap pelatihan seperti ini bisa digelar secara rutin. Karena, menurut saya, ilmu yang didapatkan, selain bisa berguna bagi saya, juga bisa bermanfaat bagi orang lain,” ungkapnya.

Seperti diketahui, banyak kasus terjadi seperti Tragedi Kanjuruhan, di mana banyak korban tidak tertolong akibat terlambat atau salah penanganan. Sebab, mereka yang terkena serangan jantung hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk mendapat pertolongan pertama sebelum dibawa ke rumah sakit. (red)