Surabaya, (pawartajatim.com) – Berawal dari banyaknya kasus kecelakaan yang berakibat fatal, 5 siswa SMAN 10 Surabaya merancang helm pencegah gegar otak. Rancangan helm yang diberi nama MHF-4C atau Multifunction Helmed For Concussion tersebut mampu meraih medali emas di ajang ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) pada 14 Februari 2023.

Rancangan helm dari lima siswa SMAN 10 Surabaya ini, sekilas tidak ada yang berbeda dengan helm standar nasional Indonesia (SNI) atau Department of Transportation (DOT). Mereka sengaja tidak mengubah kerangkanya.

Yang membedakan, hanya sebuah kotak berukuran 8 x 5 cm yang diletakkan di atas helm. Lengkap dengan baling-baling ukuran kecil seperti kincir. Fungsinya adalah sebagai penggerak. Di dalamnya terdapat dinamo yang mengubah energi angin menjadi listrik.

Kotak itu bukan untuk mencegah gegar otak saat terjadi kecelakaan, namun untuk menambah fungsi helm. Sistem helm yang dibuat untuk mencegah gegar otak itu pun cukup simpel. Yakni, hanya menggunakan cairan idodida dan aquades.

Ketua Tim MHF-4C, Dompak Nahason Sirait, mengatakan, cairan tersebut dicampur sesuai takaran. Kemudian, dibungkus plastik dan ditempatkan di bagian dalam helm. Fungsinya sebagai pendingin kepada. Cairan tersebut hanya bereaksi ketika ada benturan dan plastiknya pecah. Saat terjadi kecelakaan, otomatis ada benturan di kepala.

“Cairan itu pecah dan membasahi kepala. Reaksinya, suhu di kepala akan turun 11 derajat dalam waktu singkat. Pendinginan kepala itu sangat penting. Sebab, benturan di kepala bisa membuat suhu naik 40 derajat celcius. Akibatnya, pembuluh darah bisa pecah dan gegar otak terjadi,” kata Dompak Nahason Sirait, di Surabaya Senin (20/3).

Helm yang beri nama MHF-4C atau kepanjangan dari Multifunction Helmed 4 in 1 Concussion ini sudah dilakukan uji coba beberapa kali. Satu helm berfungsi untuk empat kegunaan. Yaitu, cooler, power bank, GPS tracker dan spy voice recorder. Daya baterai yang dihasilkan dari power bank itu sekitar 600 mAh.

“Power bank itu mengisi sendiri saat helm dipakai. Baling-baling ini menghasilkan dua persen daya baterai per dua menit. Artinya, membutuhkan waktu dua jam berkendara agar power bank terisi penuh. Dengan syarat kecepatan minimal 30 kilometer per jam,” ujarnya.

Helm buatan siswa IPA XII ini juga bisa diketahui posisinya. Sebuah alat GPS terpasang di dalam kotak power bank. Jejaknya bisa diketahui melalui pesan di handphone. Caranya, cukup mengirim SMS ke nomor tersebut. Sebab, GPS itu dilengkapi sim card khusus. Hasilnya, dalam waktu singkat kartu tersebut mengirim sinyal lokasi.

Kepala SMAN 10 Surabaya, Budi Santoso, mengatakan penelitian dari siswa tersebut telah mendapatkan sertifikat HAKI. Dengan adanya sertifikat tersebut dapat digunakan untuk kepemilikan asli agar terhindar dari plagiat karya.

“Tujuan mendaftarkan HAKI ini yang pertama agar tidak diambil karyanya oleh orang lain. Selain itu, juga berguna untuk portfolio siswa agar karya mereka diakui, dapat tembus ke jalur prestasi dan dapat mendapatkan jalur undangan masuk universitas yaitu SNMPTN,” pungkasnya. (red)