Surabaya, (pawartajatim.com) – Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Gilang Nugraha, dipilih menjadi editor oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Tentunya, seorang editor harus memiliki kemampuan diplomasi yang handal.
Gilang dipilih menjadi editor buku Bunga Rampai Program Akuisisi Pengetahuan Lokal Tahun 2023 yang digelar Direktorat Repositori Multimedia dan Penerbitan Ilmiah, BRIN. Gilang berhasil menyisihkan ratusan peserta seleksi secara nasional.
Pria kelahiran Serang, 25 Juli 1990 ini terpilih menjadi editor dibidang kesehatan dengan kepakaran Teknologi Laboratorium Medik, Kedokteran Laboratorium, Laboratorium Kesehatan. Capaiannya itu tentu tidak lepas dari hasil kerja kerasnya.
Ia ingat betul ketika awal mula menekuni bidang analis kesehatan. Dulu, Gilang mengambil kuliah analis kesehatan sebenarnya merupakan ketidak sengajaan. Karena biaya SPP murah, akhirnya ia memutuskan untuk masuk di jurusan tersebut.
“Waktu itu dapat informasi dari SMA, ada jurusan D-III Analis Kesehatan, dilihat biayanya yang tidak begitu mahal, dan kuliah hanya tiga tahun, dengan harapan cepat dapat kerja. Mulai dari sanalah, saya mencintai dunia analis kesehatan,” kata Gilang, Minggu (19/3).
Ia mengungkapkan, Penerbit BRIN kini tengah menggalakkan penulisan buku untuk mendistribusikan konten ilmiah berkualitas secara gratis dan terbuka bagi masyarakat Indonesia. Penerbit BRIN akan menerbitkan berbagai konten pengetahuan lokal dalam bentuk buku bunga rampai (chapter book).
“Saat ini, penerbit BRIN mengundang para pakar, praktisi, pemerhati dan akademisi di Indonesia untuk ikut berkolaborasi menjadi editor buku bunga rampai yang akan diterbitkan Penerbit BRIN,” jelasnya.
Menurut dia, editor bertanggung jawab terhadap keseluruhan fungsi penyuntingan pada suatu naskah di perusahaan penerbitan maupun media. Sehari-hari tugasnya mencari, memperbaiki dan menerbitkan naskah tulisan maupun gambar pendukung.
Maka, tak heran kreativitas seorang editor sangat diperlukan untuk memastikan pembaca senang dan nyaman membaca buku. Tugas yang tak kalah penting adalah memastikan bahwa hanya buku-buku yang bermutu saja yang membanjiri pasar.
Editor juga harus punya kemampuan diplomasi yang andal. Apalagi saat berhadapan sama penulis-penulis pesohor ataupun dari kalangan akademisi yang punya sederet gelar. ‘’Editor dituntut untuk bisa memposisikan diri lebih dari sekadar tukang edit kata-kata, melainkan sebagai konsultan bagi penulis,” pungkasnya. (red)