Surabaya, (pawartajatim.com) – Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Timur/Jatim memiliki cara tersendiri untuk mengenalkan sepak bola ke masyarakat luas. Salah satunya, dengan menggelar pertandingan sepak bola bertajuk Football for Hope yang digelar di Lapangan Sepak Bola Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Sabtu (18/3).

Dalam kegiatan ini, Asprov PSSI Jatim berkolaborasi dengan International Organization for Migration (IOM) dan mengajak warga pengungsi dari negara konflik yang saat ini bermukim di Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

Sekretaris PSSI Jatim, Dyan Puspito Rini, mengatakan, Football for Hope ini digelar dalam bentuk kegiatan sosial yang digagas Asprov PSSI Jatim bersama IOM untuk mengenalkan bahwa sepak bola bukan hanya olahraga prestasi dan kompetisi, namun juga untuk hiburan.

Kegiatan Footbal for Hope yang digagas Asprov PSSI Jawa Timur dan IOM ini diikuti beberapa insan sepak bola di Jatim, serta sejumlah anggota komite eksekutif dari PSSI Jawa Timur.

”Selain mengenalkan sepak bola untuk dapat menorehkan prestasi dan kompetisi, kami juga mengenalkan bagaimana olahraga ini sebagai hiburan dan social branding, agar bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat,” kata Dyan Puspito Rini yang akrab disapa Ririn.

Seperti diketahui, IOM – UN Migration Agency adalah organisasi antar pemerintah dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memiliki fokus kerja dibidang migrasi. Dalam melakukan aktivitasnya di Indonesia, IOM bekerja sama dengan pemerintah, organisasi antarpemerintah dan non-pemerintah.

IOM berkomitmen untuk mendorong praktik migrasi yang tertib dan manusiawi, serta bermanfaat bagi migran dan masyarakat. Lebih dari 300 pengungsi dari negara konflik, seperti Afghanistan, Sudan, Somalia dan negara lainnya, hidup dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar, khususnya di Kota Surabaya dan Sidoarjo.

Saat ini, IOM berupaya untuk menyelenggarakan kegiatan bersama dengan institusi lokal untuk mendorong keterlibatan pengungsi agar berkontribusi pada masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana terjalinnya komunikasi yang mendorong kolaborasi bersama dan secara tidak langsung akan membawa manfaat lainnya, seperti keharmonisan di antara pengungsi dan komunitas lokal. (red)