Surabaya, (pawartajatim.com) – Imbas adanya senioritas mahasiswa berujung kematian yang menimpa salah satu mahasiswa baru di Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, yang diduga mengalami penganiayaan oleh seniornya, mengakibatkan kegaduhan di Surabaya. Atas adanya insiden memilukan tersebut, seluruh pelajar di Surabaya diajak untuk menghapus budaya senioritas di sekolahan supaya kekerasan antar pelajar tidak sampai terjadi dan terulang kembali.
Seperti halnya yang dilakukan SMA 17 Agustus (SMATAG) Surabaya, Sabtu (11/2). Di sekolah ini melakukan kampanye anti bulying dan anti senioritas antar pelajar lewat pelatihan PBB (Peraturan Baris Berbaris) dan Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera).
Lebih dari 34 Tim Paskibra dari berbagai SMP se-Surabaya ikuti pelatihan PBB dan Paskibra. Selain itu dalam kegiatan ini juga dinilai dan dikompetisikan siapa saja yang berhak memenangkan kompetisi antar sekolah ini.

Kepala Sekolah SMA 17 Agustus (SMATAG) Surabaya, Prehantoro, mengatakan, kegiatan ini sengaja digelar lantaran Surabaya marak tindakan senioritas di institusi pendidikan yang berujung kekerasan antar pelajar atau mahasiswa.
Terlebih beberapa waktu lalu ditemui salah satu mahasiswa di Surabaya yang tewas adanya senioritas kampus, karena itu dengan adanya kegiatan ini juga mengkampanyekan kepada para siswa di Surabaya terkait anti senioritas dan anti kekerasan/bulying antar pelajar.
“Kegiatan kompetisi Paskibra dan Baris Berbaris yang diikuti oleh seluruh siswa SMP se-Surabaya ini juga untuk mengkampanyekan kepada para siswa di Surabaya terkait anti senioritas dan anti kekerasan/bulying antar pelajar,” tegasnya. (red)











