
Banyuwangi (pawartajatim.com) – Banjir bandang yang menghanyutkan 35 rumah di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi terus disorot DPRD setempat. Mereka mendesak alih fungsi tanam dari tanaman keras ke tebu dikembalikan lagi. Sehingga, banjir serupa tak terulang. Desakan DPRD ini mengemuka dalam rapat dengar pendapat bersama perwakilan masyarakat, Senin (14/11/2022) siang.
Masyarakat Kalibaru yang terdampak banjir sepakat meminta perkebunan kembali menanam kakao dan tanaman keras lainnya. Selama ini, perkebunan kompak beralih tanam dari kakao dan karet ke tebu. Sehingga, ketika hujan lebat memicu banjir bandang. “ Jadi, hasil dengar pendapat kami bersama perwakilan masyarakat, 80 persen sepakat tanaman perkebunan dikembalikan dari tebu ke tanaman keras,” kata Wakil Ketua DPRD Banyuwangi, Ruliono usai memimpin rapat.
Desakan masyarakat ini bukan tanpa alasan. Versi warga, sejak perkebunan menanam tembu, banjir sering terjadi. Puncaknya, 3 November lalu dengan mengamuknya banjir bandang. Sebab. air dari perkebunan tumpah ke jalan dan menyapu perkampungan. Selain memicu banjir, tanaman tebu justru tak memberikan kesejahteraan warga. Dengan tanamam tebu, justru warga tidak bisa bekerja maksimal di perkebunan milik PTPN XII tersebut. Yang miris, alih tanam ke tebu ini tidak melibatkan para kepala desa (kades). “ Sejak tanam tebu, warga hanya bisa bekerja 12 hari dalam sebulan. Bahkan, ada yang hanya 8 hari sebulan,” tegas politisi Golkar ini.
Menurut Ruliono, selain perkebunan milik BUMN, alih fungsi tanam juga terjadi pada perkebunan swasta. Parahnya, perkebunan swasta ini ditengarai belum memiliki izin alih tanam ke tebu. Dengan kondisi ini, pihaknya akan segera membuat rekomendasi di tingkat pimpinan DPRD. Pihaknya berharap, alih tanam tebu tidak membuat warga Banyuwangi sengsara. Apalagi, menjadi korban bencana banjir. “ Rekomendasi akan kami berikan ke Pemkab dan jajaran Direksi PTPN. Pemkab harus berani menutup izin HGU jika terbukti ada pelanggaran alih tanaman,” tutup Ruliono.
Versi PTPN, alih fungsi tanam ke tebu ini untuk mendukung swasembada gula nasional. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pabrik gula Glenmore. Pembangunan pabrik ini didukung dengan alih tanam dari kakao dan karet ke perkebunan tebu. Luasnya, sekitar 7000 hektar. “ Alih fungsi tanam ini juga sudah memiliki izin. Kebijakannya ada pada Menteri BUMN,” kata Exhibition Bussines Manager PTPN XII, Tri Septiono.
Banjir bandang memporak-porandakan 63 rumah di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Kamis (3/11/2022) silam. Dari sekian rumah yang rusak, 35 diantaranya hanyut terseret banjir. Banjir juga merobohkan tiga jembatan dan sejumlah fasilitas umum. (udi)










