Tuban, (pawartajatim.com) – Nama Gayatri bukanlah nama sebenarnya. Itu adalah nama panggilan akrab Ita Hariyanti, S.Sn., seorang seniman tari perempuan kenamaan kelahiran Tuban 44 tahun yang lalu. Seperti halnya, sosok Gayatri putri bungsu Prabu Kertanegara, Raja Singhasari terakhir, Ita Gayatri, juga memiliki sifat-sifat yang sama.
Dia memiliki kemampuan manajerial luar biasa. Seperti halnya perempuan agung bergelar Rajapatni tersebut. Kitab Desawarnana atau juga yang dikenal dengan nama Negarakertagama karangan Mpu Prapanca Pupuh 48 menyebutkan : “Adalah watak Rajapatni Gayatri yang agung, sehingga mereka menjelma pemimpin besar sedunia, yang tiada tandingannya.
Putri, menantu, dan cucunya menjadi raja dan ratu. Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak tanduk mereka. Saat Ita Gayatri, mendapatkan kepercayaan dari Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) Kabupaten Tuban, menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Kebudayaan.
Perempuan cantik alumni Sekolah Menengah Kesenian Indonesia/SMKI Negeri Surabaya ini berhasil mewujudkan keinginannya untuk membuka sebuah sanggar tari di Gedung Sekretariat partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
“Maksud dan tujuan dibentuk sanggar adalah untuk memberikan wadah, dukungan kepada para generasi muda untuk berkarya dan mengekspresikan diri, serta belajar seni,” kata penggagas Sanggar Tari Mega Pertiwi, Ita Hardiyanti, kepada pawartajatim.com Selasa (28/9).
Selain itu, menurut perempuan kolektor keris dan tosan aji ini, tujuan utama berdirinya sanggar ini adalah untuk menjaga, melestarikan, serta mengembangkan kesenian warisan leluhur.
Bahkan lebih jauh, Ita, yang juga Kepala Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tuban itu menegaskan bahwa ini merupakan komitmen partai untuk menjaga dan melestarikan warisan leluhur dengan
Menjadikan kantor partai sebagai pusat kegiatan budaya. Sanggar tari besutan alumni Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya ini, diberi nama Mega Pertiwi, yang artinya angkasa atau langit yang membumi.
“Nama Mega Pertiwi dedikasikan untuk Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk Ibu Pertiwi,” jelas putri mantan kepala desa di Merak Urak ini.
Berbagai kegiatan dilakukan di sanggar Mega Pertiwi antara lain, seni tari, seni rupa/lukis, seni musik, macapat, dan teater. Semua pelatihnya berasal dari pengurus BKN sendiri. Kemampuan manajerial pengagum Gayatri Rajapatni ini, kembali diuji saat dia diharuskan membuat sistem pembiayaan untuk pengajaran di sanggar tersebut.
“Sesuai kesepakatan anggota, disini dikenakan iuran sebesar Rp 15.000/bulan, digunakan untuk pengadaan properti dan pengembangan kegiatan,” tambah pelatih tari di beberapa sekolah ini. Harapan perempuan yang pernah tinggal di Surabaya ini sangat sederhana.
Yaitu, ingin sanggar seni Mega Pertiwi, terus berkembang, dan menjadi pusat kegiatan seni budaya untuk anak- anak, dan remaja di Tuban. Mengasah bakat, dan menjadi wadah sesuai harapan mereka, sehingga kelak akan lahir karya dan talenta kreatif serta berprestasi.
“Kedepan kami ingin memiliki gamelan sendiri sehingga bisa belajar macapat atau karawitan tanpa meminjam kepada pihak lain,” pungkas Ita Gayatri. (nn)