Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Pembelian tiket online penyeberangan Ketapang – Gilimanuk menggunakan aplikasi mulai menuai keluhan. Alasannya,  tiket online yang dijual konter di sekitar Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi ini justru harganya lebih mahal. Ada biaya administrasi.

Selain lebih mahal, pembelian tiket online ini cukup menyulitkan. Bahkan, tak jarang, sulit diakses menggunakan telepon selular (ponsel). Akibatnya, calon penumpang terpaksa membeli di konter sekitar pelabuhan, meski harganya relatif mahal.

“Sebenarnya lebih enak beli tiket langsung seperti dahulu, tidak ada biaya administrasi dan prosesnya cepat,” keluh Ahmad Taufik,penumpang kapal asal Jember, Senin (23/5). Penumpang yang akan naik kapal kebanyakan belum memiliki aplikasi Ferizy untuk pembelian tiket online.

Sehingga, mereka mengandalkan jasa penjualan tiket di sekitar pelabuhan. Karena menggunakan jasa konter, harga tiket dibebani biaya administrasi. Misalnya, tiket sepeda motor sebesar Rp 27.000 harus ditambah biaya administrasi hingga Rp 5000.

Sehingga, pengguna jasa membayar sebesar Rp 32.000. Sejatinya, aplikasi tiket online dari ASDP untuk memudahkan pengguna jasa membeli tiket. Namun, faktanya banyak muncul keluhan dari pengguna jasa penyebeberangan.

“Banyak pengguna jasa mengeluh karena aplikasi tiket Ferizy sulit diakses. Lalu, banyak pengguna jasa yang belum melek teknologi,” kata Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdab) Jawa Timur/Jatim, Sunaryo.

Tujuan tiket murah dengan aplikasi online juga dinilai tak tepat sasaran. Sebab, pengguna jasa penyeberangan justru dibebani biaya administrasi ketika membeli tiket di konter. Pihaknya mengusulkan pembelian tiket kapal menggunakan e-money atau mirip e-tol.

Sehingga, pengguna jasa tak perlu membeli tiket di konter dengan tambahan administrasi. Atau, membeli di aplikasi. “Kalau pakai e-money bisa langsung bayar. Dulu pernah diterapkan sebelum aplikasi Ferizy. Bolehlah sekarang ada Ferizy, tapi masyarakat jangan dipaksa harus pakai Ferizy, tentunya ada pilihan,” tegasnya.

Aplikasi tiket online Ferizy diklaim mencegah percaloan tiket. Lalu, dengan aplikasi ini antrean kendaraan di pelabuhan bisa dicegah. Sebab,kendaraan baru bisa cek in maksimal dua jam sebelum keberangkatan.

“Memang saat arus mudik Lebaran kemarin aplikasi Ferizy agak sulit diakses. Penyebabnya, pengguna aplikasi membludak setelah dua tahun tidak ada mudik,” kata General Manager PT Indonesia Ferry (ASDP) Ketapang – Gilimanuk, Hasan Lessy.

Terkait  penggunaan e-money, menurutnya memungkinkan terjadinya antrean kendaraan saat masuk ke pelabuhan. Sebab, jika saldo e-money habis atau limit harus melakukan top up dulu. Dikhawatirkan menghambat proses masuknya kendaraan ke pelabuhan.

“Kalau tiket online di aplikasi Ferizy yang harganya mahal, sebaiknya membeli di loket resmi. Harganya tepat,” tegasnya. (udi)